Jakarta, FORTUNE - Pelaku industri bank digital kian bertambah dengan munculnya PT Super Bank Indonesia (Superbank) dan PT Bank Hibank Indonesia (Hibank) di awal tahun 2023. Keduanya mengaku bersaing dengan mengambil ceruk pasar UMKM.
Wajar saja, ceruk pasar tersebut diyakini masih menggiurkan di tengah jumlah UMKM dalam negeri yang masih meningkat. Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop UKM) pun mencatat, total UMKM di Indonesia tembus 8,71 juta unit usaha pada 2022. Banyaknya jumlah UMKM tersebut menjadi daya tarik perbankan khususnya bank digital untuk bisa melayani pengelolaan keuangan usaha kecil.
Lantas, bagaimana kinerja keduanya pada awal tahun 2023 ini? Akankah keduanya sudah mendulang cuan?
Superbank masih alami kerugian Rp34,56 miliar
Sebagai bank digital, Superbank masih mencatatkan kerugian bersih senilai Rp34,56 miliar pada kuartal I-2023. Kondisi tersebut berbanding terbalik saat kuartal I-2023 yang masih mencatatkan laba Rp7,05 miliar. Kondisi tersebut terjadi lantaran adanya kenaikan sejumlah beban seperti beban promosi yang naik 1.100 persen menjadi Rp624 juta.
Sementara itu, beban tenaga kerja juga naik menjadi Rp77,41 miliar. Di sisi lain, margin bunga bersih atau Net Interest Margin (NIM) Superbank melonjak 347 basis poin (bps) menjadi 7,06 persen. Sehingga, pendapatan bunga bersih miliknya mencapai Rp65,42 miliar di tiga bulan pertama tahun 2023.
Direktur Utama Superbank, Tigor M. Siahaan menyatakan, segmen UMKM dan nasabah retail menjadi target pasar utama Superbank. “Dengan meningkatkan akses finansial ke segmen ini, kami dapat mendukung produktivitas mereka sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi nasional,” kata Tigor melalui keterangan resmi yang dikutip di Jakarta, Selasa (6/6).
Seperti diketahui sebelumnya, Superbank merupakan transformasi digital dari Bank Fama. Di tahun 2021, kepemilikan saham Bank Fama beralih kepada Grup Emtek yang diwakili oleh PT Elang Media Visitama dengan porsi 62,67 persen. Dilanjutkan dengan bergabungnya Grab melalui A5-DB Holdings Pte Ltd dan Singtel melalui Singtel Alpha Investment Pte Ltd sebagai pemilik saham dengan porsi 16,26 persen. Seluruh pemegang sahampun sepakat untuk mendukung transformasi Bank Fama menjadi bank dengan layanan berbasis digital.
Hibank mampu catat laba Rp54,45 miliar
Sebagai bank digital anak usaha dari BNI, Hibank sudah mampu mencatatkan laba bersih tahun berjalan senilai Rp54,45 miliar di kuartal I-2023. Laba tersebut melonjak 247 persen dibandingkan dengan kuartal I-2022.
Bank yang sebelumnya bernama Bank Mayora ini memang telah memiliki segmen bisnis yang kuat berkat dukungan dari Grup Mayora. Selain itu, kinerja tersebut juga dukungan dari peningkatan NIM sebesar 129 bps menjadi 4,37 persen pada Maret 2023. Kondisi tersebut juga membuat pendapatan bunga bersih atau net interest income (NII) Hibank naik 77,19 persen yoy menjadi Rp113,19 miliar pada tiga bulan pertama tahun ini.
Seperti diketahui sebelumnya, Bank Mayora resmi berganti nama menjadi hibank sejak 17 Mei 2023, ditandai terbitnya surat izin OJK atas permohonan perubahan nama dan logo perseroan.
Saat ini hibank memiliki dua pemegang saham, yaitu BNI sebesar 63,92 persen dan PT Mayora Inti Utama sebesar 36,08 persen. Kepemilikan kuat BNI di hibank ditandai dengan warna logo hibank dengan simbol warna orange dan teal seperti BNI Group.