Jakarta,FORTUNE - PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFI Finance) pada 2023 membukukan laba bersih senilai Rp1,6 triliun, atau turun 9 persen secara year on year (yoy) dibandingkan dengan pencapaian 2022 yang mencapai Rp1,8 triliun.
Direktur Keuangan BFI Finance, Sudjono mengatakan, tantangan perekonomian dalam negeri, serta sisi negatif era digital lewat ancaman serangan siber yang marak terjadi menjadi tantangan tersendiri bagi BFI Finance.
“Kami merespons tantangan sebagai peluang untuk bertumbuh dan semakin adaptif di segala kondisi. Kami fokus pada target konsumen yang tepat, proses pembiayaan yang efektif dengan menyesuaikan kepada risk appetite dan policy Perusahaan, serta posisi kapasitas penagihan (collection) yang seimbang,” terang Sudjono melalui keterangan resmi di Jakarta, Senin (26/2).
.
Piutang pembiayaan naik 7,4%
Meski demikian, perusahaan berhasil meraih total pendapatan sebesar Rp6,4 triliun atau lebih tinggi 18 persen dibandingkan tahun 2022. Sedangkan, untuk pencapaian nilai aset baru yang dilaporkan oleh BFI Finance senilai Rp24 triliun, atau naik 9,4 persen (yoy) dari pencapaian di tahun 2022 sebesar Rp21,9 triliun.
Besarnya kelolaan aset yang dimiliki oleh Perusahaan saat ini terkontribusi dari bertumbuhnya total piutang pembiayaan yang dikelola (managed receivables) sebesar 7,4 persen menjadi Rp22 triliun.
Berdasarkan piutang pembiayaan yang dikelola, bisnis BFI Finance masih didominasi oleh pembiayaan beragun kendaraan roda empat dan roda dua sebesar 62,7 persen, diikuti dengan pembiayaan alat berat dan mesin sebesar 14,9 persen, pembiayaan untuk pembelian unit kendaraan roda empat bekas dan baru sebesar 14 persen, pembiayaan beragun sertifikat properti 4,4 persen, serta pembiayaan berbasis syariah sebesar 4 persen.
Pembiayaan baru BFI Finance turun 5%
Sementara itu, nilai pembiayaan baru (new booking) BFI Finance tercatat sebesar Rp19,1 triliun. Nilai ini sedikit menurun sebesar 5 persen dari tahun sebelumnya. Sudjono menjelaskan, penurunan itu terjadi lantaran pada akhir semester I/2023 Perusahaan menghentikan sementara sistem operasionalnya guna peningkatan keamanan digital, segera setelah terdeteksi adanya serangan siber.
Atas kondisi ini, lanjut Sudjono, Perusahaan segera melakukan recovery dan penyesuaian di berbagai lini. Oleh karena itu, pada kuartal IV 2023, seluruh proses recovery telah tuntas dan Perusahaan kembali berfokus untuk peningkatan kinerja yang ditargetkan, dan kembali membukukan pertumbuhan pembiayaan baru yang meningkat 11,3 persen dibandingkan kuartal sebelumnya (quarter-on-quarter/qoq).
Di sisi risiko kredit, rasio pembiayaan bermasalah atau Non-Performing Financing (NPF) dapat ditekan hingga berada di level bruto 1,36 persen dan level neto 0,15 persen per 31 Desember 2023. Rasio NPF yang diraih BFI Finance ini masih jauh lebih rendah dibandingkan peer-nya yang rata- rata berada di level bruto 2,44 persen.