Jakarta, FORTUNE - PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BSI) mencatatkan kapitalisasi pasar atau market cap sebesar Rp131,47 triliun atau setara US$8,44 miliar. Nilai itu seiring dengan meningkatnya harga saham emiten bersandi BRIS pada perdagangan Rabu (13/3). Kondisi itu membuat BSI masuk ke jajaran 10 besar bank syariah global dari sisi kapitalisasi pasar.
Mencermati penaikan saham BRIS, Direktur Utama BSI, Hery Gunardi mengatakan, peningkatan BRIS sejalan dengan kondisi IHSG yang bergerak di rentang 7.409,67 hingga menembus rekor 7.435,81. BRIS pun menjadi salah satu faktor pendorong yang turut menggerakkan IHSG menjadi hijau.
"Ketika BRIS ternyata memiliki fundamental performance sangat baik, maka BRIS pun menjadi saham yang banyak dikoleksi investor,” kata Hery melalui keterangan resmi yang dikutip di Jakarta, Jumat (15/3).
Pada perdagangan di Bursa Efek Indonesia (13/3), saham BRIS dibuka pada level harga Rp2.610 dan ditutup pada Rp2.850 atau naik 9,62 persen. Dari harga penutupan tersebut, harga saham BRIS telah naik hingga 63,79 persen jika dihitung sejak awal tahun 2024 (YTD) atau naik 114 persen dalam satu tahun.
Dengan level harga BRIS saat ini, target price konsensus para analis di Bloomberg sebesar Rp2.540 telah terlampaui. Di sisi lain, Hery lanjut menjelaskan, untuk menjaga kepercayaan publik, BSI juga terus aktif melakukan kegiatan update kepada investor.
Kapitalisasi pasar BSI dekati Emirates Islamic Bank
Ia menjelaskan, secara global, BRIS berada pada peringkat 10 dengan kapitalisasi pasar terbesar bank syariah Dunia di bawah Emirates Islamic Bank US$10,38 miliar pada posisi 9 dan Abu Dhabi Islamic Bank US$10,94 miliar pada posisi 8 terbesar.
Selain itu, Hery menjelaskan saat ini sektor perbankan terutama Top 4 Banks masih menjadi andalan utama investor domestik dan global di Bursa Efek Indonesia karena kinerjanya yang stabil. Terlebih, 3 dari Top 4 Banks adalah induk dari BRIS yaitu, BMRI, BBRI dan BBNI.
Terkait hal tersebut, Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan investor asing semakin percaya terhadap kinerja fundamental perseroan maupun kinerja saham BSI di lantai bursa Indonesia. Hal tersebut membuktikan kehadiran BSI sejak 2021 yang diproyeksikan sebagai lokomotif ekonomi syariah tumbuh secara berkelanjutan.
“Apresiasi investor asing yang merupakan institusi terpercaya di bidang investasi ini adalah sebuah kepercayaan luar biasa bagi BSI. Ini menjadi bukti bahwa kinerja kami yang tumbuh berkelanjutan memiliki nilai ekonomi yang potensial di masa depan,” kata Erick.
Erick mengatakan, pemerintah sebenarnya menargetkan BSI masuk dalam 10 besar bank syariah dunia berdasarkan kapitalisasi pasar pada 2025. Namun ternyata realisasinya lebih cepat, yang membuktikan BSI memiliki resiliensi tinggi dalam menghadapi berbagai tantangan ekonomi.
Sebelumnya, BSI berhasil menjaga kinerja keuangan tetap tumbuh secara impresif di tengah tantangan dan ketidakpastian perekonomian global karena meningkatnya tensi geopolitik dunia. Keberhasilan BSI dalam menjaga kinerja positif itu ditunjukkan dengan pencapaian laba yang tumbuh 33,88 persen (yoy) menjadi Rp5,70 triliun hingga kuartal IV/2023.