Jakarta, FORTUNE – PT Allo Bank Indonesia Tbk atau Allo Bank akan mencatatkan peningkatan modal inti di atas Rp 6 triliun usai melakukan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue.
Hal tersebut diungkapkan oleh Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Inarno Djajadi saat membuka perdagangan BEI di Jakarta. Menurutnya, perkembangan bank digital yang sangat pesat membuat kemajuan tersendiri bagi industri perbankan.
“Modal inti Bank Allo akan meningkat menjadi lebih dari RP 6 triliun dan membuat Bank Allo menjadi salah satu bank digital yang kuat permodalannya,” kata Inarno melalui konferensi video di Jakarta, Selasa (11/1).
Perkembangan digital ubah kebiasaan transaksi
Inarno menambahkan pandemi Covid-19 telah merubah kebiasaan masyarakat khususnya dalam bertransaksi keuangan. Dalam kesehariannya, masyarakat lebih gemar untuk melakukan pembayaran menggunakan uang elektronik seperti Gopay, Dana, hingga OVO. Dan kebiasaan tersebut lanjut Inarno bakal meningkatkan invoasi dari industri perbankan.
“Indonesia memiliki pasar yang besar dan pasar potensial termasuk perbankan digital. Apalagi kondisi pandemi hampir semua kondisi di semua tempat melakukan transaksi digital,” ungkap Inarno.
Sebagai informasi saja, Bank Indonesia (BI) pun mencatat, hingga akhir November 2021 nilai transaksi digital banking meningkat 47,08 persen (yoy) menjadi Rp3.877,3 triliun. Nilai transaksi pembayaran menggunakan kartu ATM, kartu debet, dan kartu kredit juga mengalami pertumbuhan 8,39 persen (yoy) menjadi Rp674,9 triliun.
Mega Korpora jadi pemegang saham mayoritas Allo Bank
Kini, Mayoritas saham Allo Bank dikuasai oleh PT Mega Corpora, perusahaan milik taipan Chairul Tanjung. Bank berkode BBHI itu akan menerbitkan 10,05 miliar saham biasa dengan nominal Rp100 per unit serta harga pelaksanaan Rp478 per unit. Dengan begitu, dana segar yang berpotensi diraupnya mencapai Rp4,8 triliun.
Dalam prospektus BBHI, Mega Corpora hanya akan melaksanakan sebagian dari rights issue yang menjadi haknya, yaitu sekitar 2,71 miliar saham atau setara 30 persen dari seluruh HMETD senilai Rp1,29 triliun. Sedangkan sisa hak HMETD yang tidak diambil oleh Mega Corpora dialihkan kepada sejumlah investor lainnya.
Investor lain di luar Bukalapak adalah PT Indolife Investama Perkasa (anak usaha Salim Group) 1,30 miliar saham, Abadi Investments 1,52 miliar saham, PT CT Corpora 408,32 juta saham, H Holdings Inc 448,744 juta saham, dan Trusty Cars Pte.Ltd 150 juta saham.
Chairul Tanjung harap Allo Bank jadi angin segar investor
Dalam kesempatan tersebut,Founder and Chairman CT Corpora sekaligus Ultimate Shareholder Allo Bank, Chairul Tanjung juga mengungkapkan rasa terima kasihnya atas terselenggaranya rights issue dari Allo Bank. Dirinya berharap rights issue Allo bank bisa menjadi angin segar bagi para investor.
“Kami bangga begitu banyaknya perusahaan baik digital dan non digital ikut berpartisipasi dalam right issue ini,” kata Chairul Tanjung.
Sebagai informasi saja, Allo Bank sebelumnya merupakan PT Bank Harda Internasional Tbk, yang berubah menjadi bank digital diakuisisi Mega Corpora. Berdasarkan laporan keuangan per Maret 2021, aset Allo Bank bernilai Rp6,98 triliun. Labanya Rp86,73 miliar, atau tumbuh 77,2 persen persen dari Rp48,39 miliar pada periode sama 2020 (year-on-year/yoy).