Jakarta,FORTUNE - PT Pegadaian mencatatkan laba bersih senilai Rp2,42 triliun di sepanjang 2021. Capaian tersebut tumbuh 20 persen secara year on year (yoy) bila dibandingkan dengan raihan tahun 2020 senilai Rp2,02 triliun.
Direktur Utama Pegadaian Kuswiyoto menyatakan, pertumbuhan laba ini didukung oleh efisiensi yang dilakukan oleh manajemen dan seluruh Insan Pegadaian.
“Ketika kinerja operasional kurang menguntungkan yang berdampak pada penurunan pendapatan, maka efisiensi menjadi strategi yang dipilih agar perusahaan tetap bertahan bahkan meraih keuntungan," kata Kuswiyoto melalui keterangan resmi di Jakarta, Kamis (10/2).
Kuswiyoto menambahkan, beban usaha Pegadaian mampu ditekan dari Rp 19,17 triliun di tahun 2020 menjadi Rp 17,40 triliun di 2021.
Turunnya harga emas buat pendapatan Pegadaian terkontraksi
Pendapatan usaha Pegadaian tercatat mengalami kontraksi, dari tahun 2020 mencapai Rp21,96 triliun menjadi Rp 20,63 triliun di tahun 2021. "Kondisi ini memberi dampak pada penurunan Outstanding Loan (OSL) per 31 Desember 2020 sebesar Rp 56,8 triliun menjadi Rp 51,9 triliun di tahun 2021," jelasnya.
Pasalnya, 98 persen barang jaminan di Pegadaian adalah emas, baik perhiasan maupun emas batangan. Sedangkan sisanya adalah barang jaminan non emas. Sehingga penurunan harga emas memberikan dampak signifikan terhadap kinerja perusahaan.
Kisaran harga emas turun di 2021
Kuswiyoto menyampaikan, penurunan harga emas turut memengaruhi pendapatan perusahaan. Data menunjukkan, rata-rata harga emas tahun 2020 sebesar Rp 835.700, turun menjadi Rp 827.107 di tahun 2021.
Sebagai informasi saja, Harga emas Antam pada Kamis (10/2) dibanderol pada harga Rp 945.000 per gram. Harga emas tersebut terpantau naik Rp 2.000 dibandingkan dengan harga jual Rabu (9/2).
Sementara itu, harga beli kembali (buyback) emas Antam dibanderol di harga Rp 847.000 per gram.
Transaksi digital Pegadaian terus meningkat
Lebih lanjut Kuswiyoto mengatakan, selama tahun 2021 transaksi digital yang dilakukan oleh nasabah Pegadaian mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi. “Kenaikan transaksi digital ini tentu berdampak pada penurunan biaya operasional, mengingat dari sisi penggunaan kertas misalnya dapat dikurangi, dari sisi waktu layanan juga lebih cepat," kata Kuswiyoto.
Tercatat sepanjang 2020 jumlah transaksi melalui aplikasi Pegadaian Digital sebanyak 3,40 juta transaksi, dan pada 2021 naik 49,24 persen menjadi 5,09 juta transaksi.
Sedangkan untuk nilai transaksi pun meningkat dari tahun 2020 sebesar Rp5,09 triliun naik 35,73 persen menjadi 6,91 triliun pada tahun 2021.