Pemangkasan Bunga Acuan BI jadi 5,75% Longgarkan Likuiditas Bank

Penurunan bunga acuan akan pacu DPK & kredit bank.

Pemangkasan Bunga Acuan BI jadi 5,75% Longgarkan Likuiditas Bank
Ilustrasi Bank Indonesia/ Shutterstock Harismoyo
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Fortune Recap

  • Pemangkasan suku bunga acuan BI menjadi 5,75% disambut baik oleh perbankan.
  • Bank nasional berharap longgarnya kebijakan bunga acuan turut semakin melonggarkan likuiditas bank nasional.
  • Penurunan suku bunga acuan diharapkan dapat memperkuat permintaan kredit di berbagai sektor.

Jakarta, FORTUNE - Pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) pada awal tahun ini menjadi 5,75 persen disambut baik oleh para Perbankan. Sejumlah bank nasional berharap bahwa longgarnya kebijakan bunga acuan turut semakin melonggarkan likuiditas bank nasional. 

"Secara gradual, penurunan suku bunga acuan akan meningkatkan likuiditas dan mendorong penurunan suku bunga kredit, yang diharapkan dapat memperkuat permintaan kredit di berbagai sektor," kata Corporate Secretary Bank Mandiri, M. Ashidiq Iswara kepada Fortune Indonesia di Jakarta, Kamis (16/1). 

Penurunan bunga acuan akan pacu DPK & kredit

Ilustrasi Menara BCA/Dok BCA

Di sisi lain, lanjut Ashidiq, peningkatan likuiditas di pasar juga berpotensi mendorong pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan berkontribusi pada pengurangan biaya dana atau cost of fund. "Sehingga memperkuat posisi Bank Mandiri dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional," kata Ashidiq. 

Sementara itu, perbankan lainnya seperti BCA juga berharap kebijakan ini dapat menstimulasi permintaan kredit dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. 

"Pada prinsipnya, BCA akan sejalan dengan kebijakan suku bunga acuan BI. Selain suku bunga acuan, BCA juga mencermati parameter lainnya dalam menentukan kebijakan suku bunga kredit," kata EVP Corporate Communication and Social Responsibility BCA Hera F. Haryn. 

Ia menyebut, parameter pemacu kredit tersebut antara lain indikator makroekonomi, kondisi likuiditas sektor perbankan, termasuk situasi pasar yang menyangkut aspek permintaan dan penawaran yang ada. 

"Terkait cost of fund, berkat pendanaan BCA yang didukung dana giro dan tabungan (CASA), BCA optimistis mampu menjaga cost of fund secara keseluruhan," kata Hera. 

Ia menjelaskan, CASA secara bank only berkontribusi sekitar 82 persen dari total DPK atau tumbuh 5,6 persen mencapai Rp915 triliun per November 2024. Secara keseluruhan, total Dana Pihak Ketiga (DPK) secara bank only naik 3,5 persen mencapai Rp1.109 triliun per November 2024. 

BI diramal masih akan turunkan bunga acuan

Gedung HSBC. (Unsplash/Joshua Lawrence)

Sementara itu, Chief Economist, India and Indonesia, HSBC Global Research, Pranjul Bhandari mengaku cukup kaget terkait keputusan bank sentral Indonesia. Menurutnya langkah mengejutkan ini untuk stabilisasi nilai tukar rupiah dan memacu pertumbuhan ekonomi. 

Meski demikian, Pranjul memprediksi suku bunga acuan BI masih akan turun kembali di tahun ini. "Kami memperkirakan dua pemangkasan suku bunga 25 bps lagi di 2Q 2025, menjadikan suku bunga kebijakan menjadi 5,25 persen," kata Pranjul. 

Sementara itu, BI juga sedikit menurunkan perkiraan pertumbuhan PDB RI 2025 dari 4,8-5,6 persen menjadi 4,7-5,5 persen dengan menyebutkan tren ekspor, konsumsi, dan investasi swasta yang lemah.

Magazine

SEE MORE>
Investor's Guide 2025
Edisi Januari 2025
Change the World 2024
Edisi Desember 2024
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024

Most Popular

Pengiriman Boeing pada 2024 Turun ke Level Terendah Sejak Pandemi
Baru Sepekan IPO, Saham RATU Kena UMA!
Harga Saham BBRI Sempat Lama Anjlok, Ini Penyebabnya
Saham Naik 276% Sejak IPO, BEI Suspensi RATU Hari Ini!
Saham BBRI Kembali Naik Jadi Rp4.210, Kini Diburu Asing
Kenapa ACE Ganti Nama Menjadi AZKO? Ini Alasannya