Jakarta, FORTUNE - Momentum penurunan Suku Bunga Acuan The Federal Reserve atau The Fed diprediksi aka menjadi stimulus ke kinerja Perbankan nasional.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Dian Ediana Rae menyatakan, suku bunga The Fed telah lama dijadikan sebagai acuan suku bunga global. Ketika bunga The Fed naik atau turun maka suku bunga global juga bergerak searah.
"Penurunan suku bunga biasanya diikuti penyaluran kredit yang meningkat akibat cost of funds yang menurun sehingga berpotensi meningkatkan pertumbuhan ekonomi," kata Dian melalui keterangan resmi yang dikutip di Jakarta, Selasa (17/9).
Penurunan bunga The Fed bisa tingkatkan capital inflow
Selain ke sektor perbankan, lanjut Dian, penurunan bunga The Fed juga dapat memberikan dampak positif bagi emerging market utamanya karena dapat meningkatkan capital inflow ke pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.
"Meningkatnya capital inflow tentu akan memperkuat nilai tukar dan meningkatkan ketersedian likuiditas perbankan sehingga dapat mendukung pertumbuhan kredit," kata Dian.
Selanjutnya, penurunan suku bunga domestik yang merupakan cerminan menurunnya biaya dana (cost of funds) bagi bank juga akan berpengaruh positif bagi profitabilitas perbankan dan sekaligus menurunkan risiko kredit perbankan.
Penurunan The Fed akan turunkan bunga simpanan
Berdasarkan hasil Survei Orientasi Bisnis Perbankan OJK (SBPO) Triwulan II-2024, secara umum bank juga menyatakan bahwa penurunan suku bunga acuan The Fed dapat berdampak positif dan menstimulus pertumbuhan ekonomi global termasuk Indonesia.
Menurut Dian, penurunnya Fed Fund Rate akan mendorong penurunan BI-Rate yang akan diikuti dengan penurunan suku bunga simpanan. "Tentunya kebijakan suku bunga masing-masing bank berbeda dan sangat bergantung pada model bisnis, kondisi likuiditas dan toleransi risiko (risk tolerance) masing-masing bank," kata Dian.
Bahkan saat ini secara umum, lanjut Dian, meskipun suku bunga simpanan meningkat yang didorong oleh peningkatan suku bunga acuan selama setahun terakhir, pergerakan rerata suku bunga kredit cenderung flat, bahkan menurun dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan prioritas bank untuk tetap menjaga kualitas kreditnya.
Seperti diketahui sebelumnya, Economist Intelligence memprediksi bahwa bank sentral AS akan melakukan pemangkasan suku bunga sebanyak tiga kali pada sisa tahun 2024.