Jakarta, FORTUNE - Direktur Utama BRI Finance, Wahyudi Darmawan menyampaikan pentingnya financial planning saat volatile market. Dirinya percaya bahwa dengan pengetahuan yang baik tentang pengelolaan kekayaan, masyarakat dapat mencapai stabilitas finansial yang lebih baik dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi.
Hal itu disampaikannya saat menjadi pembicara pada acara MBA Talks 8.0 – Executive Series bertajuk “Unlock Your Future with Financial Intelligence“ di Auditorium Sukadji Ranuwihardjo, MM FEB Universitas Gadjah Mada (UGM), Jumat (7/6).
Wahyudi Darmawan menekankan pentingnya melakukan Diversifikasi portofolio sebagai strategi utama dalam mengelola kekayaan. Hal penting lain yang harus diperhatikan dalamwealth management adalah Investasi yang berkelanjutan dan manajemen risiko.
“Kita harus berhati-hati dan memahami risiko yang ada. Diversifikasi portofolio, pengelolaan risiko dan investasi berkelanjutan adalah kunci untuk mencapai stabilitas finansial jangka panjang. Unlock Your Financial Freedom.” katanya melaui keterangan resmi di Jakarta, Jumat (7/6).
Bos BRI Finance ingatkan pentingnya 3 pilar wealth management
Selain itu, Wahyudi juga menyoroti tiga pilar utama dalam wealth management, yakni perlindungan kekayaan, pertumbuhan dan akumulasi kekayaan, serta distribusi dan transisi kekayaan.
Pilar pertama membahas pentingnya perlindungan dan kelestarian kekayaan di tengah peningkatan angka harapan hidup di Indonesia.
Dia menyebut, terdapat fakta bahwa 49 persen orang usia 60 tahun bergantung pada orang lain, dan hanya 1 persen yang telah menjadi kaya raya. Apalgi, menurut data BPS, angka harapan hidup rata-rata di Indonesia tahun 2023 adalah 70 tahun untuk laki-laki dan 74 tahun untuk perempuan . Oleh karena itu, Wahyudi menekankan “Pentingnya asuransi jiwa, asuransi umum, dan asuransi kesehatan untuk melindungi kekayaan di hari tua.
62,7% generasi muda menilai kripto berisiko tinggi
Dalam pilar kedua, pertumbuhan dan akumulasi kekayaan, Wahyudi Darmawan menjelaskan persepsi risiko investasi di kalangan generasi muda. "Sebanyak 62,7 persen generasi muda melihat mata uang kripto sebagai investasi dengan risiko tinggi, sementara 52,8 persenmenganggap saham memberikan keuntungan besar," kata Wahyudi.
Pilar ketiga, pentingnya distribusi dan transisi kekayaan. Hal ini menyoroti fakta di mana hanya 5,06 persen tenaga kerja yang memiliki dana pensiun. "Empat dari lima orang menunda pensiun karena tidak memiliki cukup dana," ungkap Wahyudi.
Dalam penutup seminar, Wahyudi Darmawan menegaskan pentingnya memulai investasi sejak dini dan menekankan bahwa langkah pertama menuju stabilitas finansial adalah dengan memahami dan memanfaatkan berbagai instrumen investasi yang ada.