Jakarta, FORTUNE - Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) Indonesia pada kuartal III - 2023 diklaim tetap terjaga di tengah meningkatnya ketidakpastian perekonomian dan pasar keuangan global.
Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) Sri Mulyani saat menyampaikan hasil Rapat KSSK di Kompleks Bank Indonesia (BI) Jakarta, (3/11). Ia menyebut, perkembangan ini didukung oleh kondisi perekonomian dan sistem keuangan domestik yang resilien serta aktivitas Pemilu dan koordinasi dan sinergi KSSK yang terus diperkuat.
"Perekonomian Indonesia diprakirakan tetap tumbuh baik dan berdaya tahan. Hal ini didukung oleh konsumsi swasta diprakirakan masih tumbuh kuat sejalan dengan keyakinan konsumen yang masih tinggi, terkendalinya inflasi, dan aktivitas terkait penyelenggaraan Pemilu," kata Sri Mulyani.
Ia menambahkan, percepatan belanja negara terkait penyelenggaraan Pemilu serta penguatan peran APBN sebagai shock absorber diharapkan dapat mendorong konsumsi Pemerintah serta menjaga daya beli masarakat.
Penguatan dolar AS buat loyo rupiah, ini langkah BI
Di sisi lain, indeks nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama (DXY) pada 27 Oktober 2023 berada di level 106,56 atau menguat 2,93 persen (ytd). Peningkatan Indeks DXY memberikan tekanan depresiasi terhadap mata uang utama, seperti Yen Jepang , Dolar Australia hingga Rupiah Indonesia.
Meski demikian, dengan langkah-langkah stabilisasi yang ditempuh BI, KSSK memandang depresiasi nilai tukar Rupiah relatif lebih baik, yakni 2,34 persen (ytd).
"Ke depan, langkah stabilisasi nilai tukar Rupiah terus diperkuat agar sejalan dengan nilai fundamentalnya dan mendukung upaya pengendalian imported inflation," kata Gubernur BI Perry Warjiyo.
Selain itu, upaya-upaya lainnya juga terus diperkuat untuk meningkatkan mekanisme pasar dalam manajemen likuiditas institusi keuangan domestik dan menarik masuknya aliran portofolio asing dari luar negeri. Hal ini dilakukan melalui implementasi instrumen penempatan Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA) sejalan dengan PP Nomor 36 Tahun 2023.
Perry menambahkan, penguatan harmonisasi kebijakan fiskal, moneter dan sektor keuangan juga akan terus dilakukan untuk memperkuat efektivitas bauran kebijakan makro baik dalam rangka menjaga stabilitas sistem keuangan maupun untuk mendorong akselerasi pertumbuhan ekonomi.
Likuiditas bank dalam negeri masih kuat
Dari sisi industri keuangan, sektor perbankan mampu menunjukkan resiliensi dengan permodalan yang tinggi dan kinerja intermediasi yang tetap positif.
"Permodalan perbankan tetap solid ditinjau dari Capital Adequacy Ratio (CAR) industri Perbankan yang tinggi sebesar 27,41 persen," kata Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar.
Sementara itu, fungsi intermediasi perbankan berjalan dengan baik dalam menopang perekonomian, baik dari sisi pembiayaan (perkreditan) maupun dalam penghimpunan dana. Pada September 2023, pertumbuhan kredit tercatat sebesar 8,96 persen (yoy) menjadi Rp6.837,30 triliun, dengan pertumbuhan tertinggi pada kredit investasi sebesar 11,19 persen (yoy).