Jakarta, FORTUNE – Pertumbuhan dana simpanan masyarakat di bank nampaknya kian melambat seiring dengan geliat ekonomi dalam negeri. Hal tersebut tercermin dari Dana Pihak Ketiga (DPK) bank yang hanya tumbuh 6,77 persen secara year-on-year (yoy) menjadi sebesar Rp7.647 triliun di September 2022. Padahal, bulan lalu DPK mampu tumbuh 7,77 persen (yoy), serta pada Juli 2022 DPK bank mampu tumbuh kuat hingga 10,71 persen.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Dian Ediana Rae menilai, simpanan nasabah berjenis deposito membuat DPK bank kian menyusut. Namun demikian, OJK menyebut kondisi tersebut masih wajar seiring dengan pemulihan ekonomi dan kredit yang mengalir deras.
“Perlambatan utamanya terjadi pada deposito. Namun demikian, likuiditas industri perbankan pada September 2022 dalam level yang memadai, dengan rasio rasio likuiditas yang tetap terjaga,” kata Dian beberapa waktu lalu saat mengumumkan hasil Rapat Dewan Komisioner OJK secara virtual.
Jumlah rekening deposito masyarakat turun 3,6%
Bila dilihat berdasarkan data distribusi simpanan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), tercatat jumlah rekening hingga nominal simpanan jenis deposito di bank mengalami penurunan di tengah tren peningkatan jenis simpanan lain.
“Penurunan jumlah rekening terdalam terdapat pada jenis Deposito dan Sertifikat Deposito,” tulis hasil analisa LPS yang dikutip di Jakarta, Rabu (9/11).
Tercatat, jumlah rekening deposito masyarakat di bank turun 3,6 persen (yoy) menjadi 4,92 juta rekening. Sedangkan dari sisi nominal juga mengalami penurunan 0,4 persen (yoy) menjadi Rp2.837 triliun.
Namun demikian, jenis simpanan deposito masih menjadi nominal terbesar yang mencakup 36,8 pesen total simpanan di bank. Sedangkan untuk jumlah rekening simpanan terbanyak terdapat pada tabungan yang mencakup 97,9 persen total rekening simpanan.
Perang suku bunga simpanan bank diprediksi bakal terjadi
Dengan kondisi tersebut, nampaknya perbankan akan semakin giat memburu DPK untuk menjaga kondisi likuiditasnya agar tetap kuat dalam penyaluran kredit. Apalagi, OJK mengklaim sektor modal kerja hingga korporasi menjadi daya ungkit penyaluran kredit yang tumbuh kuat hingga 11 persen di September 2022.
Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Eko Listiyanto bahkan menyebut, ‘perang’ suku bunga simpanan akan terjadi dalam waktu dekat untuk menjaring dana simpanan nasabah.
"Bank tidak boleh kekurangan likuiditas. Jadi, caranya adalah naikkan bunga. Dan tren globalnya juga naikkan bunga. Tahap berikutnya adalah kenaikkan bunga perbankan, sepertinya ke depan ini tak bisa dihindari," kata Eko dalam konferensi pers bertajuk "Respons INDEF terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kuartal-III Tahun 2022", Selasa (8/11).
Berdasarkan laporan likuiditas bulanan yang dirilis LPS pada Senin (31/10), rata-rata tingkat bunga deposito rupiah atau 22 moving daily average dari seluruh bank tercatat naik sebesar 5 basis poin (bps) menuju level 3,14 persen pada September 2022.