Jakarta, FORTUNE - Potensi gejolak ekonomi global hingga tren kenaikan suku bunga acuan masih membayangi industri keuangan dalam negeri.
Seperti diketahui bersama, Bank Indonesia (BI) telah menaikkan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) menjadi 5,25 persen pada periode November 2022. Langkah bank sentral terbilang agresif setelah sebelumnya menaikan bunga acuan di periode bulan Agustus, September dan Oktober 2022
Untuk itu, sejumlah Bank Pembangunan Daerah (BPD) mengaku telah memasang strategi untuk bertahan menjaga likuiditras dan menghadapi ketidakpastian ekonomi. Sejumlah BPD tersebut ialah Bank DKI, Bank Jatim hingga Bank BJB. Ketiga bank ini tercatat memiliki modal inti besar di kelas BPD.
Bank DKI siap sesuaikan suku buga simpanan
Direktur Ritel & Syariah Bank DKI, Babay Parid Wazdi mengungkapkan, Bank DKI akan melakukan kajian potensi penyesuaian suku bunga simpanan dengan mempertimbangkan kondisi internal dan eksternal. Pertimbangan tersebut termasuk melihat kondisi likuiditas pasar, struktur biaya dana atau cost of fund.
“Suku bunga dasar kredit (SBDK) Bank DKI akan mengikuti kondisi pasar dengan memperhatikan tingkat suku bunga acuan, kondisi likuiditas dan tingkat kompetisi dengan bank lain. Selama tahun 2022 SBDK Bank DKI cukup kompetitif jika dibandingkan dengan peers,” kata Babay kepada Fortune Indonesia di Jakarta, Kamis (1/12).
Dirinya mengatakan, pada prinsipnya, sebagai BPD, Bank DKI berperan sebagai fasilitator pertumbuhan ekonomi rakyat melalui BUMD. Untuk itu, pihaknya berkomitmen untuk mendukung ekonomi daerah.
Babay menambahkan, industri BPD di Indonesia diyakini bisa tetap survive kedepannya. Namun demikian, BPD harus menyiapkan berbagai strategi, salah satunya dengan melakukan perubahan dan transformasi diberbagai aspek.
“Sinergi dan inovasi merupakan kunci bagi bank untuk dapat bertahan ditengah berbagai tantangan yang dihadapi, tanpa mengesampingkan ciri khas BPD yang memiliki peran dalam membantu membangun perekonomian masyarakat dan pembangunan daerah,” kata Babay.
Bank DKI terus membukukan kinerja positif dengan ekspansi yang solid pada kuartal ketiga tahun 2022, seiring dengan fokus pertumbuhan yang sehat dan berkelanjutan. Salah satu indikator kinerja keuangan ialah dengan mencatatkan pertumbuhan laba yang baik dan diiringi dengan perbaikan kualitas aset yang dimiliki.
Laba bersih Bank DKI mencatatkan pertumbuhan sebesar 28,83 persen secara year on year (YoY), dari semula sebesar Rp564 miliar pada September 2021, menjadi sebesar Rp726 miliar pada September 2022.
Bank BJB siap jaga likuiditas
BPD lain yang juga menyiapkan kuda-kuda strategi ialah Bank BJB. Bank yang bermarkas di Bandung Jawa Barat ini mengaku bakal lebih jeli mengelola likuiditas.
Direktur Utama Bank BJB Yuddy Renaldi menjelaskan, tantangan perbankan ke depan secara industri adalah suku bunga, dengan terus meningkatnya inflasi yang diikuti kenaikan suku bunga acuan. Hal ini akan memberikan tekanan pada rentabilitas bank, likuiditas akan semakin ketat, biaya dana meningkat, sehingga mendorong perbankan untuk menyesuaikan suku bunga kredit.
“Strategi kami adalah dalam pengelolaan likuiditas melalui asset dan liabilities management yang baik sehingga rentabilitas dapat terjaga,” kata Yuddy kepada Fortune Indonesia awal November 2022.
Yuddy menambahkan, perbaikan layanan digital juga terus dilakukan mengikuti pergeseran behavior pada customer yang terjadi. Pengembangan produk dan fitur berbasis teknologi BPD juga diharapkan mendorong peningkatan dana CASA khususnya tabungan sehingga dapat membantu biaya dana terjaga pada level yang terkelola.
Adapun, per kuartal III-2022 Bank BJB berhasil mencatatkan laba bersih sebesar Rp2,2 triliun atau tumbuh 23,3 persen secara tahunan. Sedangkan untuk kredit dari Bank BJB juga meningkat sebesar 12 persen menjadi Rp113,4 triliun. Di sisi lain, Bank BJB juga mampu menjaga non performing loan (NPL) di level 1,1 persen.
Bank Jatim efisiensikan biaya dana
Bank Jatim memasang strategi dengan terus mengefisiensikan biaya dana. Hal itu diungkapkan Direktur Utama Bank Jatim Busrul Iman kepada Fortune Indonesia pertengan November lalu. Busrul menyebut pihaknya terus menjaga stabilitas bisnis untuk mendukung perekonomian daerah Jawa Timur.
“Dengan kenaikan suku bunga acuan, Bank Jatim berupaya seefisien mungkin dalam biaya dana dengan tetap memperhatikan target pertumbuhan dana dan aset,” kata Busrul.
Bank Jatim sendiri juga membukukan laba bersih sebesar Rp 1,20 triliun. Hal itu tumbuh tipis 1,51 persen (yoy) pada kuartal III-2022. Kredit Bank Jatim juga mencapai Rp 45,97 triliun atau tumbuh 6,83 persen (yoy).
Pertumbuhan dicatatkan dari semua lini, baik itu kredit komersial sebesar 5,89 persen menjadi Rp 11,75 triliun, kredit konsumer naik 5,05 persen menjadi Rp 28,50 triliun, dan kredit UMKM meningkat 19,07 persen menjadi Rp 5,72 triliun.