Jakarta, FORTUNE - Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) RI, Suhasil Nazara mengimbau kepada seluruh pelaku industri keuangan khususnya perbankan untuk terus waspada dan mencermati pergerakan gejolak ekonomi global. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya mengantisipasi adanya dampak pengetatan likuiditas akibat tingginya bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed.
Suhasil menilai, tingginya kenaikan bunga fed fund rates (FFR) yang diprediksi akan bertengger dikisaran 4,75 persen hingga 5 persen pada awal tahun ini memberikan dampak ke berbagai dunia termasuk Indonesia. Ia bahkan menilai, tingginya bunga menjadi salah satu penyebab tumbangnya Silicon Valley Bank (SVB).
“Peningkatan suku bunga yang sangat cepat di internasional itu punya effect yang luar biasa ke seluruh dunia. Apapun situasi yang terjadi tapi kalau perubahannya itu sangat cepat pasti ada yang goyang-goyang termasuk di Amerika. Ini akan menjadi satu hal yang harus kita perhatikan terus-menerus secara saksama,” kata Suhasil pada acara OCBC NISP Business Forum 2023 secara virtual di Jakarta, Selasa (21/3).
Fundamental bank harus kokoh
Oleh karena itu, dirinya menyarankan perbankan untuk terus memperkokoh fundamental kinerja baik dari sisi permodalan, kinerja laba hingga kredit. Menurutnya, saat ini OCBC NISP telah turut menjaga momentum pertumbuhan ekonomi dengan pencatatan kinerja yang positif hingga akhir 2022. Seperti diketahui sebelumnya, Bank OCBC NISP mampu mencatatkan laba bersih senilai Rp3,3 triliun di sepanjang 2022, tumbuh 32 persen secara year on year (yoy).
Tak hanya itu, menurutnya penyaluran kredit secara industri juga sudah cukup deras ke sejumlah sektor. Dalam paparannya, kredit modal kerja mampu tumbuh 10,1 persen (yoy) di Januari 2023. Sedangoan untuk kredit investasi juga tumbuh 11,4 persen (yoy) di Januari 2023. Hal ini menjadi dorongan untuk mejaga daya beli serta konsumsi di masyarakat.
“Saya ingin mengajak kepada bank untuk melihat terus ke depan. Pastikan memiliki kinerja yang kokoh, pastikan kesiap siagaan. Nah ini menjadi satu hal yang penting dan kalau untuk di tingkat ekonomi makro Indonesia sudah mulai pulih,” kata Suhasil.
Sebelumnya, OJK mencatat kondisi perbankan Indonesia menunjukkan kinerja likuiditas yang baik. Antara lain AL/NCD dan AL/DPK diatas threshold yakni sebesar 129,64 persen dan 29,13 persen jauh diatas ambang batas ketentuan masing-masing sebesar 50 persen dan 10 persen.