Kenaikan Giro Wajib Minimum Tahap I Tarik Likuiditas Bank Rp55 T

Likuiditas 2022 diprediksi bakal berkurang Rp156 triliun.

Kenaikan Giro Wajib Minimum Tahap I Tarik Likuiditas Bank Rp55 T
Ilustrasi Bank Indonesia dalam Uang/Shutterstock E.S Nugraha
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta,FORTUNE - Bank Indonesia (BI) mencatat penyesuaian Giro Wajib Minimum (GWM) Rupiah tahap I dan pemberian insentif GWM sejak 1 Maret 2022 telah menyerap likuiditas bersih perbankan sekitar Rp55 triliun. Kenaikan tahap pertama ini 150 basis poin (bps).

Meski demikian, Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan penyerapan likuiditas itu tidak mengurangi kemampuan perbankan dalam menyalurkan kredit kepada dunia usaha. 

“Kenaikan GWM tidak mempengaruhi kemampuan perbankan dalam penyaluran kredit. Kenapa? Karena alat likuid terhadap dana pihak ketiga masih sangat tinggi,” jelas Perry pada paparan virtual Pengumuman Hasil RDG BI di Jakarta, Kamis (17/3). 

Perry juga menjelaskan, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) masih cukup tinggi pada 11,11 persen (yoy). 

Likuiditas bank diprediksi bakal berkurang Rp156 triliun pada 2022

Dimulai pada Maret hingga September 2022, BI akan menaikkan GWM dalam tiga tahap hingga mencapai total 6,5 persen. 

Dengan seluruh kenaikan tersebut, BI memperkirakan adanya pengurangan likuiditas perbankan sebesar Rp193 triliun. Namun demikian, BI juga memberikan kelonggaran pada bank-bank yang menyalurkan kredit kepada 38 sektor prioritas yang diperkirakan mencapai Rp37 triliun. 

Dengan demikian, Perry memperkirakan secara keseluruhan bakal ada pengurangan likuiditas bank di pasar sebesar Rp156 triliun hingga akhir tahun ini. 

Kenaikan GWM bakal turunkan alat likuid terhadap DPK

Pada Februari 2022, kata Perry, rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) tercatat tinggi hingga 32,72 persen. Perry pun tak menampik kenaikan GWM bakal mengikis rasio tersebut. 

“Perkiraan kami dengan penyerapan GWM, alat liquid terhadap dana pihak ketiga perbankan yang saat ini sebesar 32,72 persen memang akan menurun menjadi 31,5 persen," kata Perry. 

Meski demikian, angka ini menurutnya masih jauh lebih tinggi dari rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga sebelum Covid-19 yang sekitar 21 persen.

Kredit diperkirakan masih tumbuh 8%

Meski ada kenaikan GWM , BI memperkirakan penyaluran kredit masih akan kuat. BI pun memproyeksikan pertumbuhan kredit 2022 masih terdapat pada kisaran 6–8 persen. 

"Hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor domestik, seperti permintaan meningkat dengan kondisi korporasi yang membaik," kata Perry. 

Selain itu, Perry mengungkapkan sisi penawaran kredit perbankan juga mengalami perbaikan hingga akhir 2022.

Magazine

SEE MORE>
Investor's Guide 2025
Edisi Januari 2025
Change the World 2024
Edisi Desember 2024
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024

Most Popular

WTO Buktikan Uni Eropa Diskriminasi Minyak Sawit Indonesia
Daftar 10 Saham Blue Chip 2025 Terbaru
Selain Bukalapak, Ini 7 e-Commerce yang Tutup di Indonesia
Israel Serang Gaza Usai Sepakat Gencatan Senjata, 101 Warga Tewas
Suspensi Saham RATU Resmi Dicabut, Jadi Top Gainers
Mengapa Nilai Tukar Rupiah Bisa Naik dan Turun? Ini Penyebabnya