Jakarta, FORTUNE – Perusahaan pertambangan dan hilirisasi nikel PT Trimegah Bangun Persada Tbk berencana untuk melantai di bursa dengan melepas saham ke publik melalui Initial Public Offering (IPO) sebanyak-banyaknya 12,1 lembar miliar.
Jumlah saham IPO ini setara dengan maksimal 18 persen dari modal ditempatkan dan disetor ke publik setelah IPO dengan nilai nominal Rp100 per saham.
Presiden Direktur Trimegah Bangun Persada, Roy A. Arfandy menjelaskan, Perseroan optimis dapat meraup dana segar sekitar US$ 650 juta atau sekitar Rp9,7 triliun dari aksi tersebut.
"Untuk mendukung penyelesaian konstruksi proyek, menambah kapasitas produksi, melunasi sebagian pinjaman Perseroan, serta tambahan modal kerja Perseroan," kata Roy melalui keterangan resmi di Jakarta, Jumat (17/3).
IPO akan dilangsungkan pada April 2023
Aksi koporasi tersebut rencananya akan dilangsungkan pada 5 - 10 April 2023. Penawaran awal atau book building saham bernama NCKL ini dimulai pada 15-24 Maret 2023. Rencananya, saham NCKL akan dicatatkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 12 April 2023.
“PT TBP Tbk juga akan mengalokasikan saham sebanyak-banyaknya sebesar 0,5 persen atau 60,5 juta saham dari jumlah saham IPO untuk program alokasi saham kepada karyawan Perseroan (Employee Stock Allocation, ESA) di mana harga pelaksanaan ESA sama dengan harga penawaran," kata Roy.
Perusahan dengan kode saham NCKL ini juga menunjuk PT BNP Paribas Sekuritas Indonesia, PT Citigroup Sekuritas Indonesia, PT Credit Suisse Sekuritas Indonesia, dan PT Mandiri Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi Efek. Sedangkan untuk penjamin emisi efek ditunjuk PT UOB Kay Hian Sekuritas, PT OCBC Sekuritas Indonesia, dan PT DBS Vickers Sekuritas Indonesia.
Ia menjelaskan, PT TBP Tbk akan membagikan dividen kepada pemegang saham minimum 30 persen dari laba bersih. Hal ini tergantung pada arus kas dan rencana investasi Perseroan, hukum dan peraturan Indonesia, serta persyaratan lainnya.
Trimegah Bangun Persada merupakan perusahaan dengan kemampuan hulu dan hilir yang mumpuni dalam industri nikel. Ini terlihat dari kegiatan operasional yang baik, profesional dan mengedepankan pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan selama lebih dari 10 tahun di Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara. Perseroan juga optimistis dengan bisnis pengolahan nikel ke depan.
Siap dukung ekosistem baterai kendaraan listrik
Saat ini PT TBP Tbk mengoperasikan dua proyek pertambangan nikel laterit aktif seluas 5.523,99 hektar di Desa Kawasi, Halmahera Selatan, Maluku Utara melalui dua konsesi pertambangan. Perseroan juga memiliki dua prospek pertambangan nikel seluas 3.660,24 hektar yang terletak di Pulau Obi.
Lebih lanjut Roy menambahkan, PT TBP Tbk berada di posisi strategis untuk mendapatkan keuntungan dari meningkatnya kebutuhan baterai di industri kendaraan listrik, sebagai respons terhadap upaya transisi energi. Ini akan meningkatkan permintaan bijih nikel maupun MHP.
Seperti diketahui, laba periode berjalan PT TBP Tbk melesat 207,95 persen dari Rp1,39 triliun per November 2021 menjadi Rp4,30 triliun per 30 November 2022. Laba per saham ikut naik dari Rp23,16 per lembar saham menjadi Rp78,63.
Roy menyatakan PT TBP Tbk akan terus mendukung upaya hilirisasi nikel yang digaungkan Pemerintah dan berharap dapat memberikan kontribusi berharga dalam terciptanya ekosistem industri baterai isi ulang untuk kendaraan listrik di Indonesia.
Sementara itu, mengintip kinerja keuangan, pendapatan PT TBP Tbk dari kontrak dengan pelanggan mencapai Rp9,04 triliun selama periode Januari hingga November 2022. Naik 17,32 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. PT TBP Tbk juga mencatat pendapatan lain sebesar Rp231,30 miliar, meningkat 255,82 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp65 miliar. Perseroan juga berhasil menekan beban penjualan, umum dan administrasi sebesar 9,05 persen dari Rp873,45 miliar menjadi Rp794,43 miliar.