Jakarta, FORTUNE - Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank mencatat nilai ekspor perikanan Indonesia untuk periode Januari hingga Mei 2022 mencapai US$2,26 miliar atau naik sekitar 15,04 persen secara Year on Year (YoY) dari US$1,96 miliar di periode yang sama tahun sebelumnya.
Indonesia tercatat menjadi salah satu negara pengekspor komoditas perikanan dan menempati peringkat 11 dunia. Tak hanya itu, Indonesia juga menguasai 3,2 persen pangsa pasar ekspor perikanan pada 2021 atau mencapai US$5,26 miliar.
Ekspor komoditas udang capai US$1,27 miliar
Lebih rinci, untuk ekspor produk udang dan olahannya selama Januari-Mei 2022 juga mengalami peningkatan sebesar 17,56 persen (YoY) menjadi US$1,27 miliar.
Berdasarkan jenis komoditas, ekspor udang Indonesia didominasi oleh lobster, udang kecil (shrimp), udang besar (prawn) dengan negara tujuan ekspor utamanya adalah Amerika Serikat, Tiongkok, Jepang, Vietnam dan Thailand.
Nilai ekspor perdagangan ikan secara global mencapai US$164,24 miliar
Produk udang dan olahannya khususnya wilayah Jawa Timur berpotensi besar memenuhi kebutuhan pasar global.
Berdasarkan data dari International Trade Center, nilai ekspor perikanan dunia di pasar global pada tahun 2021 mencapai US$164,24 miliar. Tercatat, selama lima tahun terakhir (2017-2021) ekspor perikanan dunia secara rata-rata meningkat 3,23 persen per tahun.
Secara spesifik, secara global untuk produk udang dan olahannya pada tahun 2021 mencapai US$48,36 miliar. Selama lima tahun terakhir (2017-2021) ekspor udang dan olahannya dunia secara rata-rata meningkat 4,91 persen per tahun.
LPEI resmikan desa devisa kluster udang
Menanggapi kondisi tersebut, LPEI meresmikan Desa Devisa Kluster Udang di Situbondo yang disaksikan Wakil Bupati Situbondo Hj. Khoirani S.Pd., M.H (15/7).
Kepala Divisi IEB Institute, Rini Satriani menjelaskan, khusus untuk produk udang dan olahannya, Indonesia mampu menempati peringkat keenam setelah India, Ekuador, Tiongkok, Kanada dan Vietnam.
"Nilai ekspor udang dan olahannya Indonesia pada 2021 mencapai US$2,92 miliar atau berkontribusi 6,03 persen terhadap total ekspor udang dan olahannya dunia pada 2021," kata Rini melalui keterangan resmi di Jakarta, Senin (18/7).
Sebagai lembaga khusus Special Mission Vehicle Kementerian Keuangan, LPEI selalu mendukung pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang berorientasi ekspor melalui berbagai program dan diantaranya adalah Program Desa Devisa.
Desa devisa kluster Udang ini merupakan binaan bersama antara LPEI dengan salah satu debitur yakni Panca Mitra Multiperdana (PMMP).
"Hasil panen udang dari Desa Devisa ini akan dijual kepada PMMP, jadi kualitasnya terjamin. Kami berharap kedepannya akan banyak lagi Desa Devisa dengan mengangkat skema bisnis seperti ini,” pungkas Riyani.