Jakarta, FORTUNE - PT Krom Bank Indonesia Tbk (Krom Bank) masih mencatatkan kinerja yang positif dari sisi laba hingga Dana Pihak Ketiga (DPK). Hingga Oktober 2024, bank digital ini mampu mengantongi laba bersih sebesar Rp120,21 miliar atau tumbuh 4,18 persen bila dibandingkan dengan posisi Oktober 2023 yang hanya Rp115,38 miliar.
"Industri perbankan digital menunjukkan prospek yang menjanjikan seiring dengan populasi underbanked di Indonesia yang masih mencapai 48 persen dari total populasi,” kata Presiden Direktur Krom Bank, Anton Hermawan saat berbincang dengan media di Jakarta, Selasa (3/12).
Ia memandang, kinerja positif itu didukung oleh makin masifnya transaksi digital di masyarakat. Bank Indonesia (BI) sendiri mencatat, transaksi perbankan digital nasional tercatat tumbuh 37,1 persen (yoy) pada Oktober 2024.
Selain itu, net interest margin (NIM) bank digital nasional juga diproyeksikan naik 8 persen pada 2024 (yoy) atau mencapai US$3,60 miliar. Hal ini sejalan dengan meningkatnya minat masyarakat terhadap layanan perbankan digital.
DPK Krom Bank naik 15 kali lipat
Bank dengan kode saham BBSI ini juga masih menunjukkan performa yang solid dari segi DPK. Dalam waktu kurang dari setahun sejak peluncuran aplikasi perbankan digital Krom,
Krom Bank berhasil mencatat peningkatan DPK lebih dari 15 kali lipat pada Oktober 2024 menjadi Rp2,57 triliun.
“Total simpanan bank digital hanya menyumbang kurang dari 1 persen dari total simpanan perbankan di Indonesia. Kami melihat industri perbankan digital masih memiliki ruang tumbuh yang cukup besar di tahun depan," kata Anton.
Selain itu, tabungan dan deposito masih jadi kontributor utama bagi pertumbuhan DPK Krom Bank. Tercatat pada Oktober 2024, tabungan tumbuh lebih dari 20 kali lipat (yoy), menjadi Rp350,6 miliar. Sedangkan untuk produk deposito naik lebih dari 15 kali lipat (yoy), menjadi Rp 2,2 triliun.
60% nasabah bank digital dari Gen Z
Selain itu, sebagai layanan keuangan yang sepenuhnya digital, perbankan digital memang erat kaitannya dengan generasi muda. Survei Populix mencatat bahwa 60 persen nasabah bank digital berasal dari generasi Z.
Kondisi ini mendorong bank digital untuk terus menyediakan layanan yang praktis dan efisien. Survei Populix menunjukkan bahwa masyarakat memilih perbankan digital karena: transfer dana yang cepat (66 persen), integrasi dengan layanan pembayaran lain (64 persen), dan biaya administrasi yang terjangkau (64 persen).
Selain praktis dan efisien, generasi muda juga cenderung memilih layanan yang memberikan akses ke produk keuangan seperti tabungan atau investasi dengan imbal hasil kompetitif. Survei lain dari Populix juga mengungkapkan bahwa 23,4 persen generasi milenial dan 14,2 persen generasi Z menggunakan layanan keuangan digital untuk mendapatkan suku bunga tinggi dan hasil yang pasti.