4 Temuan Suisse Secrets, Pembongkar Skandal Credit Suisse

Ada 18 ribu lebih data rekening nasabah yang dibocorkan

4 Temuan Suisse Secrets, Pembongkar Skandal Credit Suisse
Ilustrasi pinjaman uang. (Pixnio)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Jagat keuangan internasional dihebohkan dengan skandal yang menimpa Credit Suisse. Pemberi kredit kedua terbesar di Swiss ini dikabarkan melayani puluhan penjahat, pejabat intelijen, diktator, dan klien bermasalah lain yang memiliki kekayaan luar biasa, yang pada ujungnya berisiko merugikan negara asal para nasabahnya tersebut.

Akun yang diidentifikasi bermasalah tersebut mempunya aset lebih dari US$8 miliar. Pemiliknya beragam, dari politisi korup, penjahat, mata-mata, diktator, hingga Raja Yordania yang mengendapkan uang senilai US$223 juta ketika negaranya justru menerima miliaran dolar dana bantuan asing.

Rekam jejak merah mereka bisa ditelusuri di mesin pencarian Google. Namun, akun mereka di Credit Suisse masih berfungsi normal bertahun-tahun. Padahal, selama dua dekade, bank raksasa itu telah berkomitmen akan menindak dana yang bersifat ilegal.

Mereka berasal dari berbagai negara dan memiliki cara masing-masing untuk memperkaya diri sendiri. Kesamaannya satu: para tokoh bermasalah itu menyimpan uang di Credit Suisse. Sebab, Swiss terkenal karena undang-undang kerahasiaan perbankannya.

Temuan itu terungkap dalam laporan Suisse Secrets. Apakah itu? berikut ulasannya.

Laporan Investigasi Suisse Secrets

Mengutip laman OCCRP (Organized Crime and Corruption Reporting Project), Suisse Secrets merupakan laporan investigasi jurnalistik internasional oleh lebih dari 163 jurnalis dari 38 media di 39 negara atas kebocan data Credit Suisse. Selama berbulan-bulan, mereka menganalisis informasi rekening bank yang dibocorkan dari Credit Suisse.

Kelompok itu berhasil mengidentifikasi lebih dari 18 ribu rekening milik nasabah asing Credit Suisse, dimana terdapat lebih dari US$100 miliar tersimpan dalam akun tersebut. Credit Suisse terkenal andal menjaga hubungan dengan sejumlah nasabahnya selama bertahun-tahun. 

Proyek Suisse Secrets atau Rahasia Suisse bertujuan menyelidiki para pemegang rekening. Sebab, eksploitasi kerahasiaan terhadap lembaga keuangan itu  memungkinkan tindakan pencurian dan korupsi. Sehingga para anggota Suisse Secrets ingin akuntabilitas di sektor tersebut ditingkatkan.

Sumber data Suisse Secrets

Sebagai catatan, data Suisse Secrets diperoleh oleh surat kabar Jerman: Süddeutsche Zeitung yang kemudian dikoordinasikan dengan OCCRP. Para media yang menjadi mitranya tersebar di sejumlah negara, seperti: Kenya, Tunisia, Venezuela, Bosnia dan Herzegovina, India, Mali, Equatorial Guinea, Nigeria, Portugal, Pakistan, Brasil, Prancis, Amerika Serikat, Thailand, Austria, Ukraina, Swedia, Argentina, Italia, dan masih banyak lagi.

Surat kabar Jerman ini memperoleh informasi dari sumber anonim lebih dari setahun lalu. Meski tak ada yang mengetahui identitas asli narasumber yang telah mengungkap pernyataan terkait undang-undang kerahasiaan perbankan Swiss yang tidak bermoral.

“Dalih melindungi privasi finansial hanyalah upaya untuk menutupi peran memalukan Bank Swiss sebagai kolaborator penghindar pajak. Itu memungkinkan terjadinya korupsi dan mengakibatkan negara-negara berkembang yang membutuhkan pendapatan pajak mengalami kelaparan,” jelasnya.

Secara terperinci, sumber anonim itu juga mengatakan hal berikut:

Saya ingin menekankan fakta, tanggung jawab atas kondisi ini tak terletak pada Bank Swiss, tetapi pada sistem hukum Swiss. Bank hanya menjadi kapitalis yang baik dengan mamaksimalkan keuntungan dalam kerangka hukum tempat mereka beroperasi.

Sederhananya, legislator Swiss bertanggung jawab membuka kemungkinan kejahatan keuangan dan berdasarkan demokrasi langsung, masyarakat Swiss mempunyai kapasitas untuk mengambil tindakan tentang hal itu.

Saya sadar, memiliki rekening Bank Swiss di luar negeri tak selalu berarti penghindaran pajak atau melakukan kejahatan keuangan lain. Saya yakin beberapa akun memiliki alasan legal (untuk membuka rekening) atau mereka sudah memenuhi kewajiban kepada otoritas pajak sesuai undang-undang yang relevan. Namun, kemungkinan besar mayoritas akun itu dibuat dengan tujuan menyembunyikan kekayaan pemegangnya.

Isi data Credit Suisse yang bocor

Data yang dibocorkan itu terdiri dari lebih dari 18 ribu rekening Credit Suisse dan 30 ribu pemegang akun. Beberapa nasabah memang punya banyak akun, tapi sejumlah akun justru dikendalikan oleh banyak nasabah.

Di dalamnya terdapat nama pemegang akun, nomor akun, tanggal pembukaan dan penutupan, serta jumlah dana maksimal yang pernah masuk ke akun itu. Namun, informasi jenis akun tidak tertera di dalamnya.

Beberapa pemegang rekening merupakan individu, tapi ada pula badan hukum seperti perusahaan. Para pemilik berasal dari 120 yurisdiksi dan mewakili lebih dari 160 negara.

Nasabah yang muncul dalam data mayoritas tinggal di negara yang tak menandatangani penggunaan Common Reporting Standard (CRS) atau baru menyetujui dalam beberapa tahun terakhir. Prosedur ini merupakan inisiatif antipenghindaran pajak global yang mewajibkan negara-negara bertukar informasi perbankan dasar dengan otoritas pajak secara otomatis.

Jumlah uang terbanyak yang disimpan di rekening mereka adalah US$100 miliar. Secara rata-rata, akun itu menampung sektiar US$8,5 juta. Akan tetapi, ada pula sejumlah rekening yang menyimpan uang dalam total yang tidak biasa: lebih dari US$1,1 miliar.

Pembuatan rekening terbanyak terjadi pada 2007 dan 2008. Sementara penutupan rekening paling tinggi berlangsung pada 2014, tepat dengan pengenalan peraturan baru di Swiss yang mewajibkan pertukaran informasi pajak bagi klien dengan tempat tinggal asing.

Proses verifikasi dan perlindungan privasi oleh Suisse Secrets

Selama berbulan-bulan, ratusan jurnalis dalam proyek Suisse Secrets mewawancarai para insider berpengetahuan luas dan memverifikasi data menggunakan sumber lain. Data tersebut melingkup catatan perusahaan, lembaran resmi, berkas pengadilan, dan investigasi kriminal.

Dalam lusinan kasus, nomor rekening dalam data sesuai dengan temuan di dokumen eksternal, seperti tanggal lahir milik lebih dari 150 pemegang akun yang cocok dengan catatan publik. Ditemukan pula bukti tambahan dari sejumlah rekening bank dalam dua kebocoran data perbankan yang didapat bertahun-tahun sebelumnya.

Sebagai contoh: akun milik putra pejabat tinggi Azerbaijan dan salah satu mitra bisnisnya muncul dalam data milik Troika dan Azerbaijani Laundromats—dua sistem pencucian uang besar yang telah ditemukan lebih dulu oleh OCCRP. Riwayat transaksi menunjukkan, perusahaan cangkang yang terkait dengan Laundromats mengirim jutaan dolar ke rekening Credit Suisse selama beberapa tahun.

Ada pula beberapa nasabah yang mengonfirmasi keberadaan akun yang tercatut dalam data.  Credit Suisse bungkam mengenai kebenaran data yang bocor.

Mengenai privasi, Suisse Secrets mengaku hanya akan menggunakan data itu sebagai titik awal. Kabarnya, mereka mengklaim tak akan merilis data itu dalam bentuk mentah.

“Kasus-kasus yang layak dipublikasikan melibatkan klien yang diketahui berisiko tinggi, yakni orang-orang dengan hubungan politik, dituduh atau dihukum karena kejahatan berat,” tulis OCCRP dalam laman resminya.

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

Most Popular

Prabowo Ingin Memastikan Danantara Sesuai Aturan yang Berlaku
Viral Pertamax Diduga Sebabkan Kerusakan Mesin, Pertamina Minta Maaf
Nike dan Adidas Kehilangan Dominasi di Sepatu Lari
Menteri Perindustrian RI Tolak Proposal Investasi Apple US$100 Juta
MR. DIY Indonesia IPO Desember, Harga Rp1.650–Rp1.870
Unilever Resmi Jual Bisnis Es Krim ke Magnum Rp7 Triliun