Jakarta, FORTUNE - Kebijakan moneter adalah serangkaian langkah dari bank sentral negara, yang bertujuan mengontrol total uang beredar sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi.
Mengutip Investopedia, Selasa (30/8), pengertian kebijakan moneter juga bisa berupa pengendalian banyaknya uang dalam suatu sistem ekonomi serta saluran-saluran untuk memasoknya. Sejumlah strategi yang dilakukan untuk menerapkan kebijakan tersebut di antaranya: merevisi tingkat suku bunga oleh bank sentral dan mengubah persyaratan cadangan bank.
Bank sentral bisa mengubah suku bunga untuk meminjam uang ke bank-bank negara. Ketika tarif naik atau turun, maka lembaga keuangan dapat menyesuaikan tarif untuk pelanggan, seperti perusahaan atau pembeli rumah. Bank sentral juga bisa membeli atau melepas obligasi pemerintah, menetapkan target nilai tukar mata uang, dan merevisi jumlah uang tunai yang harus negara cadangkan.
Tapi, itu bukan strategi absolut. Sebab, kebijakan moneter tiap negara berbeda-beda, tergantung pada statistik ekonomi seperti produk domestik bruto (PDB), tingkat inflasi, dan tingkat pertumbuhan industri.
Di Amerika Serikat (AS) contohnya, The Fed mengimplementasikan kebijakan moneter lewat mandat ganda demi mengoptimalkan lapangan kerja dan menjaga tingkat inflasi. Secara umum, The Fed akan melakukan tiga strategi dalam kebijakan moneternya, yaitu tingkat diskonto, operasi pasar terbuka, dan persyaratan cadangan (reserve requirements).
Lalu, bagaimana dengan di Indonesia? Mari simak ulasan berikut!
Kebijakan moneter di Indonesia
Di Indonesia, kebijakan moneter mengacu pada kerangka kerja inflation targeting framework (ITF). Adapun, pengertian kebijakan moneter berbasis ITF adalah rangkaian strategi untuk mencapai sasaran inflasi yang ditetapkan, lalu diumumkan kepada publik.
Implementasi ITF menggunakan suku bunga kebijakan untuk memberi sinyal kebijakan moneter, serta sasaran operasional berupa suku bunga Pasar Uang Antarbank (PUAB). Kerangka itu sudah berlaku sejak 1 Juli 2005, menggantikan framework base money.
Lebih lanjut, BI juga mentransformasikan kerangka ITF jadi flexible ITF, guna memberi fleksibilitas dalam menanggapi dinamika ekonomi yang kian kompleks. Keputusan itu diambil berdasarkan pengalaman saat krisis keuangan global pada 2008/2009.
Adapun, flexible ITF memiliki elemen penting, yakni:
- Strategi penargetan inflasi.
- Integrasi kebijakan moneter dan makroprudensial demi memperkuat transmisi kebijakan sekaligus mendorong stabilitas ekonomi makro.
- Peran kebijakan arus modal dan nilai tukar.
- Menguatkan koordinasi kebijakan BI dan pemerintah.
- Penguatan strategi komunikasi kebijakan.
BI juga telah mereformulasi kebijakan flexible ITF. Tujuannya, memperkuat sinyal arah kebijakan moneter, memperkuat efektivitas transmisi kebijakan moneter, dan memperdalam penetrasi pasar keuangan. Khususnya, transaksi dan pembentukan struktur suku bunga di PUAB untuk tenor tiga sampai 12 bulan.
Ada empat prinsip dalam penerapan reformulasi kebijakan moneter Indonesia, yaitu:
- Tak mengubah kerangka kebijakan moneter karena BI tetap terapkan flexible ITF.
- Tak untuk mengubah stance kebijakan moneter yang berlaku.
- Reformulasi membuat suku bunga kebijakan terefleksi di instrumen moneter dan bisa ditransaksikan dengan BI.
- Penentuan suku bunga sasaran operasional berdasarkan pertimabngan bisa dipengaruhi oleh suku bunga kebijakan.