Jakarta, FORTUNE - Calon Presiden atau Capres Nomor 2 Prabowo Subianto mengungkapkan akan menargetkan pertumbuhan Ekonomi setidaknya 8 persen jika ia memenangkan Pemilihan Presiden di Pemilu 2024.
"Seandainya saya menerima mandat, sasaran bagi saya, harus mencapai pertumbuhan 8 persen, minimal. 8 persen minimal," katanya di gelaran Trimegah Political and Economic Outlook 2024 di Grand Ballroom The Ritz-Carlton, Pacific Place, Jakarta, Rabu (31/1).
Bahkan, setelah berdiskusi dengan pakar dan tokoh bisnis, ia optimistis Indonesia mampu mencapai pertumbuhan dua digit di masa depan.
Bagaimana caranya? Salah satunya, dengan menciptakan kemandirian energi agar tak lagi mengimpor, katanya, mengutip hasil pembicaraan dengan ahli asal Brasil.
"Dari mana? Kita bisa menghasilkan diesel 100 persen dari kelapa sawit. Ini sudah dibuktikan, sekarang kita sudah punya B35 yang telah digunakan, yang bisa menghemat US$10 miliar per tahun dari segi impor," katanya lagi. "Jika kita gunakan B100, kita akan hemat US$25 miliar per tahun."
Jika itu terealisasi, menurut Prabowo, maka dampaknya ekonomi akan bertumbuh setidaknya dua sampai tiga kali lipat. Apalagi, dengan produksi kelapa sawit yang berpotensi terus bertumbuh ke depannya.
Adapun, produksi kelapa sawit Indonesia mencapai sekitar 46,73 juta ton pada 2022 berdasarkan data Kementerian Perdagangan dengan nilai ekspor US$29,62 miliar.
"Dalam waktu dekat, para pemain mengatakan kepada saya volumenya akan menjadi 70 juta ton," kata Prabowo lagi.
Selain kelapa sawit, komoditas lain seperti tebu atau singkong pun dapat diolah untuk menjadi sumber energi. Sesuatu yang dapat menjadi keuntungan kompetitif.
Ia berujar, "Energi kita akan menjadi salah satu dari beberapa negara di dunia, yang akan bersifat terbarukan. Jadi pertama, kemandirian. Kedua, hijau. Ketiga, terbarukan."
Tingkat inflasi
Di kesempatan serupa, politikus yang kini masih menjabat sebagai Kementerian Pertahanan itu juga membahas tentang inflasi Indonesia yang terjaga di level 2,61 persen (YoY). Di luar pandemi pada 2021, BPS menyebut angka itu merupakan inflasi terendah Indonesia selama 20 tahun belakangan.
Prabowo membandingkannya dengan inflasi Argentina. Pada 2023, levelnya mencapai 211,4 persen, level tertinggi semenjak awal 1990-an. Padahal, Argentina termasuk sebagai 10 negara terkaya di dunia sebelum terjadi fenomena The Great Depression pada 1929-1939.
"Tahun 1945, kita bukan apa-apa. Jadi, menurut saya, kita memiliki prestasi yang tidak receh, tidak jelek," kata Prabowo.