Empat Fase Peta Jalan BRI Berdayakan UMi dan UMKM
BRI berusaha mencari sumber pertumbuhan bagi UMi dan UMKM.
Jakarta, FORTUNE – Segmen Ultra Mikro (UMi) dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) berkontribusi besar mendorong perekonomian nasional. Untuk itu, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) atau BRI berusaha mencari sumber pertumbuhan baru bagi segmen ini. Salah satu langkahnya adalah dengan merancang strategi yang terwujud dalam peta jalan pemberdayaan UMKM.
Direktur Bisnis Mikro BRI, Supari, mengatakan kondisi pelaku UMi dan UMKM saat ini telah menjukkan indikator positif meskipun masih berjuang untuk bangkit dari efek pandemi. Ia menilai kemampuan menabung para pelaku bisnis di sektor ini sudah mencapai 50% dari kemampuan sebelum pandemi.
“Ini adalah indikator baik, tinggal bagaimana kita semua menjaga ini semua, setidaknya dengan disiplin protokol kesehatan baik oleh masyarakat maupun pihak UMKM,” kata Supari dalam keterangan resmi BRI yang diterima Fortune Indonesia (25/10).
BRI mencatat, dengan jumlah pelaku usaha yang mencapai sekitar 64 juta, UMKM mampu berkontribusi 61 persen terhadap PDB Nasional. Selain itu, UMKM juga mampu menyerap 97% dari seluruh tenaga kerja dan menyerap 60 persen dari total investasi yang ada.
Berikut ini adalah keempat fase pemberdayaan UMi dan UMKM yang diterapkan oleh BRI.
1. Akses pada layanan perbankan
Pada fase dasar BRI berupaya memastikan masyarakat dapat terhubung dengan dunia perbankan. Peran BRI, contohnya, adalah memberikan akses bagi seluruh lapisan masyarakat, mulai dari perkotaan hingga ke pelosok untuk dapat menabung dan memahami pencatatan keuangan.
Berdasarkan hasil survei Bank Indonesia (2020), 65% dari 54 juta pelaku UMi belum terlayani lembaga keuangan formal. Pelaku UMi juga memiliki potensi kerentanan yang tinggi pada usaha, literasi keuangan yang rendah, akses pasar terbatas, dan tidak memiliki aset kolateral yang memadai.
Menurut Supari, salah satu langkah yang dilakukan BRI pada fase ini adalah membuka akses keuangan formal bagi para pelaku usaha dengan meningkatkan kepemilikan produk dan layanan keuangan yang belum efisien, termasuk di kalangan masyarakat pra-sejahtera. BRI terus melakukan percepatan pencapaian indeks inklusi keuangan 90% pada 2024.
2. Literasi bisnis bagi para pelaku usaha
Pada tahap kedua, kata Supari, berkenaan dengan literasi bisnis para pelaku UMi dan UMKM. “Tujuannya adalah meningkatkan kapasitas mereka, berjualan lebih banyak, kemudian juga bisa menambah tenaga kerja lebih banyak,” katanya.
Salah satu contoh konkret langkah BRI pada fase ini adalah program Mantri BRI. Melalui program ini, BRI membangun hubungan dengan para pengelola bisnis mikro yang tersebar di seluruh Indonesia. Para pelaku usaha diberi pembinaan dalam bentuk pendampingan, pelatihan, sarana, hingga konsultasi keuangan, sehingga bisnis mereka dapat berkembang secara optimal.
3. Pemberdayaan digital
Untuk fase selanjutnya, Supari mengatakan tentang pentingnya pemberdayaan digital. Hal ini tidak hanya mendorong pelaku usaha untuk go digital, namun juga menyiapkan mereka dan para pekerjanya untuk menjadi penyuluh digital.
“Perkembangan teknologi kan sudah sedemikian pesatnya. Mereka akan tidak punya daya saing jika tidak kita persiapkan untuk adopsi teknologi. Hal ini terus kita lakukan supaya mereka lebih berdaya saing,” ujarnya.
4. Pembiayaan usaha
Sebagai fase keempat, BRI berfokus pada pembiayaan yang akan menjadi faktor penting dalam usaha yang dilakukan para pelaku UMi dan UMKM. Penyaluran kredit BRI hingga akhir Juni 2021 secara konsolidasian mencapai Rp929,40 triliun dan 80,62% di antaranya disalurkan ke para pelaku UMKM.
Supari mengungkapkan, BRI akan terus mendorong komposisi kredit UMKM tersebut hingga mencapai 85% pada 2025. Pembiayaan akan menjadi fase terakhir yang dilakukan oleh BRI dan ke depannya, perusahaan bank milik negara ini akan terus mengoptimalkan seluruh tahapan yang ada, agar UMi dan UMKM dapat terus menjadi lokomotif perekonomian nasional.