Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Deflasi: Penurunan Harga Signifikan, Ini Penyebabnya

deflasi adalah
ilustrasi deflasi (pexels/monstera production)

Istilah deflasi seringkali dipakai untuk menggambar kondisi perekonomian suatu negara.

Deflasi adalah kondisi ekonomi yang merujuk pada penurunan harga barang dan jasa secara umum. Pada dasarnya, deflasi merupakan kebalikan dari inflasi yang ditandai dengan kenaikan harga.

Penyebab deflasi bisa bervariasi, mulai dari penurunan permintaan dan produksi hingga kebijakan moneter yang ketat. 

Meskipun sekilas tampak menguntungkan bagi konsumen karena ada penurunan harga, tetapi deflasi bisa berdampak negatif bagi perekonomian secara signifikan.

Selama beberapa tahun terakhir, Indonesia diketahui telah beberapa kali mengalami deflasi.

Lantas, apa itu deflasi dan penyebabnya? Simak ulasannya di bawah ini.

Apa itu deflasi?

Dilansir Investopedia, deflasi adalah fenomena ekonomi yang merujuk pada penurunan harga barang atau jasa dalam jangka waktu tertentu.

Tidak seperti inflasi, deflasi merupakan kondisi di mana harga komoditas mengalami penurunan secara signifikan dan bersamaan.

Meskipun terlihat menguntungkan bagi konsumen, deflasi bisa berakibat buruk pada kestabilan ekonomi nasional.

Terlebih bagi pemilik usaha dan pemerintah yang merugi akibat deflasi yang terjadi secara berkepanjangan.

Jika tidak segera diatasi dan dibiarkan berkepanjangan, deflasi yang terjadi secara terus menerus dan tajam akan merugikan aktivitas jual beli. 

Inilah yang menyebabkan deflasi kerap dikaitkan dengan resesi di mana kondisi ekonomi tidak bergairah atau melesu, mulai dari aktivitas perekonomian hingga investasi menjadi stagnan atau tidak mengalami perubahan.

Penyebab deflasi

Penurunan harga tersebut tidak terjadi secara tiba-tiba. Ada beberapa faktor pendorong yang bisa menyebabkan deflasi. Berikut penjelasannya.

1. Permintaan pasar menurun

Umumnya penyebab deflasi adalah permintaan barang atau jasa yang menurun di pasar. Saat permintaan menurun, harga komoditas cenderung ikut menurun. 

Saat gejolak ekonomi terjadi, kondisi tersebut banyak mendorong konsumen untuk menekan pengeluarannya. Mereka akan lebih memilih untuk menyimpan uang untuk memenuhi kebutuhannya.

2. Ketersediaan produk meningkat

Ketika kondisi ekonomi sedang tidak stabil, masyarakat akan lebih berhati-hati dalam mengeluarkan uangnya.

Akibat permintaan pasar menurun, pasokan barang pun akan menumpuk. Jumlah produksi yang tidak diimbangi dengan permintaan ini menyebabkan barang jadi sulit terjual.

Ketersediaan stok produk yang berlebih tersebut akhirnya memaksa pemilik usaha untuk menjualnya dengan harga murah agar cepat terjual.

3. Kebijakan moneter terlalu ketat

Selain dari permintaan dan peningkatan pasokan, deflasi juga bisa disebabkan dari kebijakan moneter yang terlalu ketat. Kebijakan tersebut merujuk pada peningkatan suku bunga.

Hal tersebut bisa menyebabkan masyarakat lebih untuk menyimpan uangnya daripada membelanjakannya atau mengajukan kredit. 

4. Peredaran uang menipis

Pada dasarnya, setiap faktor penyebab deflasi saling berkaitan satu sama lain. Suku bunga tinggi yang diberlakukan bank sentral juga berakibat pada jumlah peredaran uang menurun.

Alih-alih membelanjakannya, uang tersebut banyak dipakai untuk menabung. Hal tersebut berujung pada ketersediaan uang menipis dan permintaan pasar menurun.

5. Kemajuan teknologi

Perkembangan teknologi yang pesat juga bisa menyebabkan harga menurun. Kemajuan teknologi memungkinkan produsen untuk menurunkan biaya.

Akibatnya, harga produk juga ikut menurun seiring berjalannya waktu.

Dampak positif deflasi

Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, deflasi bisa berdampak pada kondisi ekonomi nasional pada suatu negara. Terdapat dampak positif dan negatif yang bisa terjadi dari deflasi.

Berikut beberapa dampak positifnya.

1. Harga komoditas murah

Jika inflasi harga cenderung naik, deflasi memungkinkan harga berbagai produk menurun. Momen tersebut tentunya sangat menguntungkan konsumen.

Masyarakat bisa mendapatkan harga yang lebih murah dari biasanya.

2. Menumbuhkan hidup hemat

Di tengah ketidakstabilan ekonomi, kondisi tersebut banyak mendorong masyarakat untuk hidup berhemat. Hal tersebut dilakukan agar bisa memenuhi segala kebutuhan penting di masa mendatang.

3. Mendorong kesadaran menabung

Selain menghemat pengeluaran, deflasi juga bisa memunculkan kesadaran menabung bagi masyarakat. Tindakan inilah yang juga termasuk upaya masyarakat untuk bisa memenuhi kebutuhan.

Dampak negatif deflasi

Selain dampak positifnya, deflasi juga memiliki dampak negatif yang harus diwaspadai oleh masyarakat. Adapun dampak negatif deflasi, yaitu sebagai berikut:

1. Pendapatan menurun

Dampak negatif deflasi adalah menurunnya pendapatan bagi pemilik usaha. Penurunan harga yang terjadi mengakibatkan hasil penjualan juga ikut menurun.

Tidak hanya pemilik usaha, pemerintah juga merasakan dampak dari deflasi. Salah satunya pendapatan negara menurun karena tidak ada pemasukan pajak.

2. Risiko PHK makin tinggi

Hasil penjualan yang menurun juga seringkali memaksa perusahan harus memangkas biaya produksi dengan mengurangi jumlah pekerja. Potensi pemutusan hubungan kerja (PHK) juga makin tinggi.

Angka pengangguran juga bisa meningkat dan menyulitkan pencari kerja mencari pekerjaan baru.

3. Investasi lesu

Akibat aktivitas jual beli yang melesu, investasi juga ikut tidak bergairah di pasar modal. Kondisi tersebut juga memungkinkan investor menarik modal karena kerugian beruntun dari harga saham anjlok. 

4. Mendorong terjadi resesi

Jika tidak segera diatasi, dampak negatif yang bisa dirasakan adalah terjadinya resesi secara nasional. Aktivitas perekonomian jadi melesu dan merosot dalam jangka waktu tertentu.

Contoh deflasi

Fenomena deflasi pernah terjadi di berbagai negara, termasuk Indonesia. Contoh deflasi yang pernah terjadi di Indonesia sempat terjadi pada September 2019.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat deflasi sebesar 0,27 persen pada sejumlah harga bahan pokok secara bersamaan pada jangka waktu tersebut.

Selama tahun 2024, Indonesia juga tengah dilanda deflasi selama empat bulan berturut-turut. Mulai dari bulan Mei sampai Agustus 2024, deflasi terjadi pada beberapa bahan masakan dan bumbu secara bersamaan. 

Di bulan Agustus, BPS mencatat tingkat deflasi sebesar 0,03 persen dengan inflasi tahunan 2,12 persen.

Deflasi di Indonesia selama tahun 2025

BPS mencatat kondisi ekonomi Indonesia mengalami deflasi sebesar 0,37 persen secara bulanan atau month to month (mtm) pada Mei 2025.

Sebelumnya, deflasi terjadi pada bulan Januari sebesar 0,76 persen dan Februari 0,48 persen. Artinya, Indonesia telah mengalami deflasi sebanyak tiga kali selama tahun 2025.

Merespon deflasi yang terjadi, Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu), Suahasil Nazara, deflasi pada bulan Mei 2025 tidak mencerminkan pelemahan daya beli masyarakat.

“Tapi kalau inflasinya lagi rendah, itu bukan berarti bahwa daya belinya lagi enggak ada, karena indikasi kita mengenai daya beli adalah di inflasi yang disebut inflasi inti,” kata Suahasil, dilansir Antara News, Jumat (13/6).

Di sisi lain, ekonom menilai deflasi di Indonesia merupakan peringatan kondisi ekonomi. Ekonom Universitas Paramadina Wijayanto Samirin memandang deflasi pada bulan Mei 2025 sebagai tanda bahwa kondisi ekonomi belum kembali ke level normal.

Menurutnya, deflasi kali ini terjadi akibat daya beli masyarakat yang belum pulih. Namun, Wijayanto menilai faktor dominannya adalah dampak siklikal berakhirnya Lebaran.

“Ini belum merupakan alarm bahaya, hanya peringatan bahwa kondisi ekonomi belum kembali ke level normal,” ungkap Wijayanto.

Dapat disimpulkan bahwa deflasi adalah penurunan harga komoditas secara drastis di pasar pada periode tertentu. Sekilas menguntungkan, tetapi deflasi bisa memunculkan dampak bagi perekonomian negara. 

Semoga bermanfaat.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Cesilia Sasanda Eka Putri Noveliana
Nadia Agatha Pramesthi
Cesilia Sasanda Eka Putri Noveliana
EditorCesilia Sasanda Eka Putri Noveliana
Follow Us