FINANCE

Demi Tekan Inflasi, The Fed Naikkan Suku Bunga AS 50 Basis Poin

Saat ini suku bunga AS berada pada level 0,75 persen.

Demi Tekan Inflasi, The Fed Naikkan Suku Bunga AS 50 Basis PoinIlustrasi : Gedung bank central Amerika Serikat atau The Federal Reserve di Washington, Amerika Serikat. (Shutterstock/Paul Brady Photography)
05 May 2022

Jakarta, FORTUNE – Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed menaikkan suku bunga 50 basis poin pada Kamis dini hari waktu Indonesia. Ini kenaikan tertinggi sejak tahun 2000. Selain kenaikan suku bunga, bank sentral juga mengumumkan rencana untuk mulai menyusutkan neraca pada Juni ini dalam upaya bersama untuk menekan lonjakan inflasi. 

Adapun inflasi AS telah mencapai 8,5 persen. Hal ini tertinggi sejak empat dekade silam. Tepatnya sejak Desember 1981. “Kami memahami rasa sakit yang ada,” kata Gubernur The Fed Jerome Powell dalam pernyataannya seperti dikutip Fortune, Kamis (5/5). 

“Jika Anda adalah orang ekonomi yang normal, maka Anda mungkin tidak memiliki banyak uang ekstra untuk dibelanjakan, dan itu langsung berdampak pada pengeluaran untuk bahan makanan, bensin, energi, dan hal-hal seperti itu,” kata Powell.

Kenaikan ini menyusul peningkatan 0,25 persen suku bunga acuan yang sudah dilakukan The Fed pada Maret. Sekarang suku bunga di AS mencapai 0,75 persen.

Ada pengorbanan

Powell mengatakan, bahwa The Fed bertekad untuk memulihkan stabilitas harga bahkan jika itu berarti langkah-langkah yang akan mengarah pada investasi bisnis dan pengeluaran rumah tangga yang lebih rendah, dan pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat.

Tetapi proses menurunkan inflasi juga tidak bebas dari rasa sakit. Cara The Fed mendekati keseimbangan pasokan dan permintaan konsumen adalah melalui kenaikan suku bunga. Itu akan mendorong suku bunga hipotek, suku bunga kendaraan, bunga kartu kredit, dan suku bunga pinjaman jauh lebih tinggi. “Jadi itu juga tidak akan menyenangkan,” ujar Powell. 

Powell juga tidak menutup kemungkinan harus mengambil langkah ekstrim, mengingat era yang lebih jauh lagi dari tahun 2000-an. Dia mengaku kagum dengan Paul Volcker, mantan Gubernur The Fed yang secara dramatis menaikkan suku bunga pada akhir 1970-an dan awal 1980-an. Hal ini tentu untuk mengakhiri era inflasi yang tak terkendali kala itu. “(Volcker memiliki) keberanian untuk melakukan apa yang menurutnya benar," kata Powell.

Kemungkinan membawa ke resesi lain

Beberapa ahli ekonomi sudah memperkirakan bahwa rencana Fed saat ini untuk menurunkan inflasi membuat AS dalam resesi lain. Sementara CEO JPMorgan saat ini, Jamie Dimon memperkirakan kemungkinan lebih buruk dari itu.

Powell terus menegaskan bahwa tidak melihat hasil itu akan terjadi. Ia menyebut, keputusannya tidak akan membawa Amerika ke jurang resesi, dan peningkatan angka penggaguran yang lebih tinggi. Dia menekankan, stabilitas harga menjadi yang terpenting untuk saat ini.

"Saya tentu saja mungkin perlu memindahkan kebijakan ke tingkat yang kami anggap membatasi, bukan hanya netral," tambah Powell. "Kami melihat pemulihan stabilitas harga sebagai hal yang sangat penting bagi negara selama beberapa tahun mendatang.” 

Related Topics

    © 2024 Fortune Media IP Limited. All rights reserved. Reproduction in whole or part without written permission is prohibited.