PT SMI Raih Kredit Rp8,4 Triliun untuk Pembiayaan Proyek EBT
Menyasar entitas swasta dan publik.
Jakarta, FORTUNE - PT Sarana Multi Infrastruktur (PT SMI) mendapatkan pinjaman maksimal 500 juta euro atau sekitar Rp8,4 triliun dari European Investment Bank (EIB) Global.
Direktur Utama PT SMI, Edwin Syahruzad, mengatakan pinjaman tersebut ditujukan untuk menyasar entitas swasta dan publik yang terlibat dalam proyek-proyek pengendalian lingkungan, termasuk energi baru terbarukan (EBT), dan pembangunan infrastruktur berkelanjutan di Indonesia.
"Kami percaya dengan dukungan EIB, PT SMI dapat tumbuh lebih jauh dan terus menjadi pemimpin tidak hanya di sektor Transisi Energi, namun juga dalam lingkup pembangunan infrastruktur berkelanjutan yang lebih luas di Indonesia,” kata Edwin dalam keterangan resmi yang dikutip Rabu (28/2).
Pendanaan ini, kata Edwin, bakal mempercepat transisi energi di Indonesia untuk mencapai target net zero emission (NZE) pada 2060.
Komitmen EIB Global untuk mendorong investasi dalam mitigasi dan ketahanan perubahan iklim merupakan bagian dari inisiatif Global Gateway Uni Eropa.
Dukungan Uni Eropa terhadap transisi energi Indonesia
Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia, Denis Chaibi, menyatakan nota kesepahaman antara PT SMI dan EIB merupakan gambaran nyata upaya Uni Eropa untuk mendorong investasi berkelanjutan di Indonesia.
“Hal ini juga menunjukkan komitmen berkelanjutan Uni Eropa dalam memenuhi janjinya untuk Just Energy Transition Partnership (JETP),” ujarnya.
Kerja sama ini, menurutnya, memerlukan koordinasi demi menciptakan perencanaan pembangunan proyek infrastruktur energi dan pendanaannya.
“Kerangka kerja sama pendanaan yang ditawarkan akan menjadi kunci kontribusi Uni Eropa dalam mendukung transisi energi di Indonesia,” katanya.
PT SMI dan EIB akan menjajaki kerja sama dalam bentuk project origination, seperti berbagi pengetahuan, peningkatan kapasitas, dan bantuan teknis yang berhubungan dengan transisi energi di Indonesia.
JETP ialah komitmen pendanaan senilai US$21,5 miliar, dengan US$11,5 miliar berasal dari dana publik negara-negara maju (International Partners Group/IPG) yang dipimpin Amerika Serikat dan Jepang.
Sementara itu, US$10 miliar berasal dari sejumlah bank ternama di dunia yang tergabung dalam Glasgow Financial Alliance for Net Zero (GFANZ).
Inisiatif ini terbentuk dalam rangkaian Konferensi Tingkat Tinggi G20 di Bali pada November 2022. Hingga saat ini, komitmen itu coba terus ditagih oleh pemerintah Indonesia.
Di sisi lain, porsi hibah dalam JETP amat minim dan didominasi pinjaman lunak.