Ekonomi RI Diklaim Tetap Stabil di Tengah Gonjang-ganjing Tarif AS

- Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) klaim ekonomi RI tetap stabil hingga triwulan II 2025 di tengah gonjang ganjing dinamika negosiasi tarif resiprokal AS dan eskalasi ketegangan geopolitik.
- Tarif AS 19% akan menggairahkan sektor padat karya seperti tekstil, alas kaki, dan furnitur. Implementasi tarif impor 0 persen asal AS diprakirakan mendorong harga produk migas dan pangan domestik lebih rendah.
- KSSK optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia akhir tahun 2025 akan bertengger di level 5,0 persen. Ekspor tercatat tetap kuat dengan mencatat surplus neraca perdagangan sebesar US$15
Jakarta, FORTUNE – Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) mengklaim ekonomi Indonesia tetap stabil hingga triwulan II 2025 tetap terjaga di tengah gonjang ganjing dinamika negosiasi tarif resiprokal Amerika Serikat (AS) dan eskalasi ketegangan geopolitik.
“Dengan telah tercapainya kesepakatan negosiasi tarif resiprokal AS dengan sejumlah negara mitra dagangnya, termasuk Indonesia,KSSK menilai tetap diperlukan penguatan kewaspadaan serta respons kebijakan yang efektif,” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di Jakarta, Senin (28/7).
Tarif AS 19% bakal gairahkan sektor padat karya

Sri Mulyani menyatakan, keberhasilan negosiasi penurunan tarif resiprokal AS untuk Indonesia menjadi 19 persen diprakirakan akan menggairahkan kinerja sektor padat karya seperti tekstil, alas kaki, dan furnitur. Di sisi lain, implementasi tarif impor 0 persen atas produk asal AS juga diprakirakan mendorong harga produk migas dan pangan domestik lebih rendah.
Meski demikian, lanjut Sri Mulyani, perkembangan risiko rambatan juga perlu terus dicermati, termasuk kinerja sektor manufaktur yang masih menunjukkan kontraksi di sepanjang triwulan II 2025. Seperti diketahui, PMI Manufaktur RI pada Juni 2025 mencapai 46,9.
“Ke depan, peran swasta sebagai motor pertumbuhan juga akan terus didorong melalui percepatan deregulasi, termasuk peran Danantara dipastikan berjalan optimal. Dengan berbagai perkembangan dan koordinasi strategi kebijakan untuk menciptakan multiplier effect lebih besar,” kata Sri Mulyani.
KSSK ramal ekonomi RI tumbuh 5% di 2025

KSSK sendiri optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia akhir tahun 2025 akan bertengger di level 5,0 persen. Target tersebut ditopang oleh konsumsi dan daya beli yang masih positif serta aktivitas dunia usaha yang resilient turut didukung oleh peran APBN dalam menjalankan fungsi alokasi, distribusi, dan stabilisasi.
“Stimulus ekonomi, dorongan implementasi program strategis, dukungan bagi sektor prioritas, serta bantalan untuk sektor yang rentan terus diberikan Pemerintah,” kata Sri Mulyani.
Ekspor juga tercatat tetap kuat dengan mencatat surplus neraca perdagangan sebesar US$15,38 miliar (ytd) per Mei 2025. Dari sisi moneter, Bank Indonesia (BI) juga telah menurunkan suku bunga menjadi 5,25 persen. Tak hanya itu, bank sentral juga telah melonggarkan likuiditas, dan meningkatkan insentif likuiditas makroprudensial untuk mendorong kredit/pembiayaan ke sektor-sektor prioritas.
Ke depan, lanjut Sri Mulyani, respons bauran kebijakan ekonomi nasional akan terus ditingkatkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, termasuk aktif menjajaki potensi kerja sama, baik bilateral maupun multilateral.