BI: Krisis Rusia Ukraina Berdampak ke Tiga Sektor Ekonomi RI
BI senantiasa memantau dampak krisis ke ekonomi RI.
Jakarta, FORTUNE – Bank Indonesia telah melakukan penilaian secara menyeluruh terhadap potensi dampak krisis Rusia-Ukraina terhadap perekonomian Indonesia. Menurut Gubernur BI, Perry Warjiyo, setidaknya terdapat tiga sektor yang akan terdampak, yaitu harga komoditas, perdagangan ekspor impor, dan sistem keuangan.
Menurutnya, bank sentral senantiasa memantau perkembangan situasi ini, termasuk berkoordinasi dengan pemerintah.
Secara keseluruhan, krisis di Eropa Timur itu akan mengakibatkan pertumbuhan ekonomi dunia melambat, kata Perry. Menurut proyeksi terbaru BI , pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini bisa turun menjadi 4,2 persen dari sebelumnya 4,4 persen.
Berikut perincian tiga implikasi krisis tersebut terhadap perekonomian dalam negeri.
1. Dampak krisis Ukraina terhadap kenaikan harga komoditas
Menurut Perry, konflik antara Rusia dengan Ukraina telah mengakibatkan kenaikan harga komoditas global seperti minyak, gas, dan pangan. Berdasarkan data Trading Economics, Jumat (18/3), harga minyak Crude saat ini mencapai US$104 per barel, atau meningkat 12,9 persen dalam sebulan terakhir. Harga minyak Brent ikut naik 12,5 persen menjadi US$107 per barel.
Menurut BI, harga minyak Indonesia juga diperkirakan saat ini akan mencapai US$85 sampai US$86 per barel, atau naik dari US$67 sampai US$70 per barel dari penilaiannya pada Februari.
Indeks harga komoditas ekspor Indonesia pun diperkirakan menjadi 10,5 persen ketimbang 4,2 persen pada penilaian BI sebelumnya.
Menurut Perry, peningkatan harga komoditas sudah terbukti pada kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi Pertamax. Lonjakan harga minyak dunia juga akan berdampak pada BBM yang disubsidi oleh pemerintah. Hal tersebut pada gilirannya bisa memengaruhi kemampuan fiskal negara.
“Tentu saja kami juga terus berdiskusi dengan pemerintah bagaimana implikasi terhadap kenaikan harga energi global termasuk harga minyak maupun harga yang lain terhadap implikasinya terhadap subsidi dan juga kebijakan-kebijakan fiskal yang akan ditempuh,” ujarnya.
2. Dampak krisis Ukraina terhadap perdagangan ekspor impor
Pada departemen perdagangan ekspor impor, menurut Perry, implikasi krisis Eropa Timur terjadi secara langsung maupun tidak langsung.
Dampak langsung terjadi pada relasi dagang antara Indonesia dengan Ukraina maupun Rusia. Namun, karena hubungan dagang RI dengan kedua negara tersebut relatif terbatas, implikasinya tidak besar.
Dampak tidak langsung datang dari kenaikan harga komoditas. Lonjakan harga komoditas akan berpengaruh terhadap peningkatan nilai ekspor. Di saat sama, neraca perdagangan juga akan positif khususnya untuk nonmigas.
Namun, di sisi lain, dari sisi impor tentu juga akan terdampak karena kenaikan harga komoditas barusan.
3. Dampak krisis Ukraina terhadap keuangan
Di pasar keuangan, krisis Rusia dan Ukraina menyebabkan aliran modal asing keluar, menurut Perry. Berdasarkan catatan BI, modal asing keluar dari pasar surat berharga negara (SBN) mencapai US$0,4 miliar bulan lalu.
Namun, nilai tukar rupiah, menurut bank sentral, masih tetap terjaga dan bahkan cenderung terapresiasi.