Perekonomian Maluku Utara, Papua, & Sulawesi Tengah Melesat pada 2021
Berkat investasi dan lonjakan harga komoditas.
Jakarta, FORTUNE – Badan Pusat Statistik (BPS) merekam pertumbuhan ekonomi nasional yang positif 3,69 persen pada 2021 usai koreksi 2,07 persen pada tahun sebelumnya. Dalam pada itu, ada sejumlah wilayah yang sanggup tumbuh lebih cepat dari rata-rata nasional, yaitu Maluku Utara, Papua, dan Sulawesi Tengah.
Menurut BPS, perekonomian Maluku Utara tumbuh tertinggi ketimbang 33 provinsi lain. Perekonomiannya tahun lalu tumbuh 16,40 persen, melanjutkan pertumbuhan pada 2020 yang mencapai 5,35 persen.
Pada periode sama, perekonomian melaju 15,11 persen, sementara tahun sebelumnya hanya tumbuh 2,39 persen.
Sementara itu, Sulawesi Tengah tumbuh 11,70 persen pada 2021. Pada tahun sebelumnya, perekonomian wilayah tersebut meningkat 4,86 persen.
Kelompok pengeluaran: ekspor dan investasi
Data BPS Maluku Utara menunjukkan kawasan itu mencatatkan kinerja positif pada ekspor yang sanggup melaju 243,52 persen. Lalu, impor naik 10,15 persen, serta belanja pemerintah dan konsumsi rumah tangga masing-masing tumbuh 3,75 persen dan 3,03 persen.
BPS Papua mencatat ekonomi lebih-lebih didorong oleh ekspor yang meningkat 105,14 persen. Komponen pengeluaran lainnya yang tumbuh signifikan, di antaranya: impor 68,26 persen, dan investasi atau pembentukan tetap modal bruto (PMTB) sekitar 18,53 persen.
Menengok data BPS Sulawesi Tengah, investasi yang dibukukan wilayah itu melonjak 49,10 persen. Lalu, ekspor dan impor masing-masing tumbuh 23,66 persen dan 36,28 persen.
Sektor usaha: pertambangan dan penggalian serta industri pengolahan
Struktur sektor usaha diperkirakan berperan penting terhadap pertumbuhan tiga wilayah tersebut. Perekonomian Maluku Utara tahun lalu bersandar setidaknya pada tiga sektor, yakni industri pengolahan (kontribusi 26,05 persen), pertanian, kehutanan, dan perikanan (15,44 persen), dan pertambangan dan penggalian (13,94 persen).
Pada saat sama, industri pengolahannya tumbuh 79,49 persen, dan pertambangan serta pertanian masing-masing meningkat 53,39 persen dan 1,91 perssen.
Lalu, sektor pertambangan Papua yang menyumbang lebih dari sepertiga perekonomiannya tumbuh 40,80 persen. Wilayah ini juga mengandalkan sektor konstruksi dan pertanian, tapi masing-masing hanya tumbuh 3,96 persen dan 1,60 persen.
Sulawesi Tengah menyaksikan sektor yang sangat diandalkan perekonomiannya, yakni industri pengolahan, tumbuh 19,62 persen. Sektor pertambangan daerah itu pun mengalami peningkatan pada 12,32 persen.
Berkat investasi dan harga komoditas
Kepala BPS, Margo Yuwono, sebelumnya menjelaskan pertumbuhan positif terutama berkat peningkatan sektor pertambangan khususnya bijih nikel, emas, dan perak.
Sementara itu, Direktur Center of Reforms on Economics (Core), Mohammad Faisal, berpendapat ketiga wilayah tersebut memiliki struktur ekonomi sama, yaitu mengandalkan pertambangan serta industri pengolahan yang juga mengolah bahan tambang. Menurutnya, sektor-sektor tersebut diguyur investasi besar menyusul ketersediaan kawasan pertambangan, kawasan ekonomi khusus, maupun industri smelter.
“Jadi keberadaan daripada investasi yang masuk tersebut memang jadi daya dorong terhadap pertumbuhan ekonomi yang sangat besar dan juga dibandingkan dengan ekonomi wilayahnya yang sebetulnya kecil. Begitu masuk investasi yang besar nilainya itu mendongkrak pertumbuhan ekonomi tapi terbatas pada sektor itu saja,” kata Faisal kepada Fortune Indonesia, Kamis (10/2).
Pada saat pandemi, aktivitas sektor pertambangan maupun pengolahan juga relatif tak terhambat karena berada di wilayah yang jauh dari pusat penyebaran COVID-19, kata Faisal. Sektor tersebut pun kecipratan efek harga komoditas yang tinggi.
Meski demikian, Faisal memberikan catatan khusus. Jika mengandalkan sektor tertentu, masalah keberlanjutan pertumbuhan ekonomi ke depan bakal terdampak. Sebab, barang-barang tambang bisa habis. Pemerintah pun perlu menyadari sejauh mana sektor andalan tersebut berefek ganda (multiplier effect) terhadap perekonomian masyarakat setempat.