Indeks Penjualan Riil Naik, Belanja Masyarakat Menguat Jelang Ramadan
Indeks naik saat Ramadan merupakan pola musiman tahunan.
Jakarta, FORTUNE – Survei Bank Indonesia (BI) mengindikasikan kinerja penjualan eceran yang masih tumbuh positif awal tahun ini. Kondisi ini menyiratkan menguatnya belanja masyarakat.
Menurut bank sentral, situasi tersebut tampak dari indeks penjualan riil (IPR) Maret 2022 yang diperkirakan mencapai 204,0. Dengan kata lain, nilai tersebut meningkat 8,6 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dari sebelumnya 187,9.
Jika dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm), kinerja penjualan eceran turut positif dengan tumbuh 2,0 persen. Sebagai perbandingan, nilai indeks penjualan riil pada Februari 2022 terkoreksi 4,5 persen.
“Peningkatan sejalan dengan meningkatnya permintaan masyarakat saat pelonggaran PPKM, kasus Covid-19 yang melandai, serta dimulainya persiapan bulan Ramadan,” kata Kepala Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono, Senin (11/4).
Menurut BI, indeks barang sandang Maret 2022 secara bulanan sanggup tumbuh 3,0 persen, diikuti barang budaya dan rekreasi 2,6 persen, suku cadang dan aksesori 2,3 persen, dan makanan, minuman, dan tembakau 2,2 persen. Indeks barang lainnya turut meningkat 4,1 persen.
Secara keseluruhan, menurut bank sentral, indeks penjualan riil kuartal pertama tahun ini tumbuh 12,2 persen secara tahunan. Kondisi ini mengindikasikan perbaikan. Sebab, pada periode sama 2021, nilai indeks tersebut terkoreksi 16,3 persen.
Indeks penjualan Ramadan
Dari sisi harga, responden memperkirakan terjadi tekanan inflasi pada Mei 2022, menurut survei bank sentral. Indeks ekspektasi harga umum (IEH) ditaksir 141,3, atau lebih tinggi ketimbang ketimbang sebelumnya yang 139,1.
“Sejalan dengan pola historis kenaikan harga saat Hari Raya Keagamaan Nasional (HKBN) Idulfitri,” ujarnya.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Roy Nicholas Mandey, sebelumnya mengatakan pelbagai industri dan sektor usaha, baik dari hulu hingga hilir, berharap akan momentum Ramadan dan Idulfitri.
“Termasuk pelaku usaha ritel modern untuk mendorong peningkatan penjualan melalui belanja dan konsumsi masyarakat,” kata Roy kepada Fortune Indonesia, Senin (4/4).
Meski demikian,peningkatan belanja, menurut Roy, diperkirakan akan terhambat sejumlah isu, yakni kenaikan harga kebutuhan pokok seperti minyak goreng, tarif pajak pertambahan nilai (PPN), harga BBM dan elpiji, dan tarif tol. “Potensi menunda konsumsi rumah tangga non kebutuhan dasar bisa terjadi pada seluruh lapisan masyarakat,” ujarnya.