UOB: Jumlah Kelas Menengah Turun, Kian Banyak yang Andalkan Tabungan
Pertumbuhan rekening tabungan 2024 di UOB stagnan.
Jakarta, FORTUNE - Tidak sedikit golongan masyarakat di Indonesia yang mengandalkan tabungannya untuk menjalani kehidupan sehari-hari. Tren yang kesohor dengan sebutan 'Makan Tabungan' itu juga dicatat oleh UOB Indonesia, yang merekam adanya stagnasi jumlah rekening tabungan.
Head of Deposit and Wealth Mangement UOB Indonesia, Vera Margaret, mengatakan jumlah rekening tabungan di UOB tidak mengalami pertumbuhan sepanjang 2024. Menurutnya, hal ini dipengaruhi oleh penurunan jumlah Kelas Menengah ke bawah, yang berimbas pada menurunnya kemampuan menabung masyarakat.
"Untuk rekening tabungan sendiri, kami flat. Itu karena degradasi di kelas menengah ke bawah, dan kita komposisi kelas menengah ke bawah sebenarnya cukup signifikan," katanya dalam konferensi pers UOB “Strategi Finansial di Tengah Tantangan Ekonomi" di Jakarta, pekan lalu.
Penurunan kelas menengah ini kemudian berdampak pada fenomena 'makan tabungan'. Vera mengatakan masyarakat jadi harus memenuhi biaya hidup yang semakin tinggi, sementara pendapatannya terbatas. Dengan demikian, mereka terpaksa mengambil uang tabungan demi memenuhi kebutuhannya.
Tren ini juga diperkuat dengan data dari Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), yang menunjukkan penurunan signifikan pada saldo rata-rata tabungan masyarakat. Pada 2019, saldo rata-rata tabungan masyarakat mencapai Rp3 juta, namun pada April 2024 angka tersebut turun menjadi Rp1,8 juta, yang berarti telah terjadi penurunan 40 persen dalam lima tahun terakhir.
Sejalan dengan data tersebut, pada Desember 2024 survei Globalstats yang dilakukan kepada 1.000 responden menemukan 70 persen masyarakat tidak memiliki tabungan, sementara hanya 30,1 persen yang mampu menyisihkan sebagian pendapatannya untuk ditabung.
Survei ini juga mengidentifikasi dua faktor utama yang jadi menghambat kebiasaan menabung, yaitu 35 persen karena pola pengeluaran impulsif, 28 persen memiliki pendapatan kecil, sementara 7 persen menyebutkan alasan lainnya.
"Kondisi tersebut mencerminkan masih rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan keuangan yang sehat," katanya.
Optimistis Capai Pertumbuhan Hingga 50 persen
Meskipun demikian, Vera memprediksi 2025 akan menjadi titik balik bagi UOB meningkatkan pertumbuhan rekening tabungannya. Ia optimistis tahun ini pertumbuhan rekening tabungan UOB dapat mencapai 40 hingga 50 persen lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
"Untuk consumers banking, kami targetkan untuk tabungan sekitar 40-50 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun sebelumnya kami flat, enggak terlalu grow," katanya.
Optimisme tersebut bukan tanpa alasan. Ia mengatakan faktor yang mendasari keyakinan ini adalah selesainya proses pemilihan presiden yang dinilai dapat membawa harapan lebih positif bagi perekonomian dan sektor Perbankan pada 2025.
Selain itu, untuk mencapai target tersebut UOB akan menawarkan sejumlah keuntungan, hingga bunga deposito pada kisaran 4,25 persen sampai 5,25 persen, untuk nasabah yang menabung di UOB.
Namun demikian, ia mengungkapkan ini bukanlah strategi yang akan diterapkan dalam jangka panjang, melainkan upaya menarik masyarakat untuk kembali menabung, dan kemudian menjadikan hal tersebut sebagai kebiasaan.
"Itu sebenarnya lebih untuk literasi, jadi entry gate. Tujuannya supaya masyarakat lebih semangat nabung, dan mencoba simpanan yang sedikit lebih panjang. Contohnya, fixed deposit yang punya kualitas lebih rendah dibandingkan investasi di obligasi maupun reksa dana," ujarnya.