Pasca BI Rate Turun, Bunga Kredit Bank Masih Relatif Stagnan di 9,18%

- Bunga kredit bank stagnan di 9,18% pasca penurunan BI rate menjadi 5,50% pada Mei 2025
- Margin NIM turun sehingga bank hati-hati dalam penurunan bunga kredit
- Pertumbuhan kredit bank diprediksi hanya tumbuh 8% di 2025, perlu stimulus dari pemerintah dan bank sentral
Jakarta, FORTUNE– Pasca penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) menjadi 5,50 persen pada pertengahan Mei 2025, tren pergerakan bunga kredit perbankan masih relatif stagnan atau turun tipis menjadi 9,18 persen di akhir Mei 2025, dibandingkan dengan akhir April 2025 yang di level 9,19 persen. Hal tersebut terungkap dalam data analisis uang beredar dari Bank Indonesia (BI).
Ekonom Senior, Aviliani sempat menyatakan bahwa akselerasi penurunan bunga kredit di perbankan masih membutuhkan waktu beberapa bulan di pasar keuangan untuk melihat respons dari debitur. Aviliani memandang saat ini margin keuntungan dari bunga atau Net Interest Margin (NIM) bank dalam tren penurunan, sehingga bank sedikit hati-hati dalam penurunan bunga kredit.
“Perbankan ini sudah menurunkan margin NIM sekarang ini. Karena pertumbuhan bunga dana simpanan lebih tinggi dibandingkan dengan bunga kredit yang turun perlahan,” kata Aviliani ketika ditemui Fortune Indonesia beberapa waktu lalu di Jakarta.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga mencatat turunnya Net Interest Margin (NIM) industri perbankan di level 4,45 persen per April 2025 akibat ketatnya likuiditas hingga persaingan dana.
Kredit bank diprediksi hanya tumbuh 8% di 2025

Sementara itu dari sisi pertumbuhan kredit bank diprediksi hanya tumbuh konservatif di level 8 persen hingga akhir tahun ini seiring dengan ketidakpastian ekonomi global. Untuk itu, menurutnya diperlukan stimulus dari pemerintah hingga bank sentral.
BI sendiri melaporkan,laju pertumbuhan kredit perbankan pada Mei 2025 sebesar 8,1 persen (yoy), angka ini lebih rendah dibanding pertumbuhan April yang tercatat 8,5 persen (yoy). “Jadi saya melihatnya kalau kredit tumbuh double digit susah. Mungkin pertumbuhan 8 persen hingga 9 persen itu udah bagus,” kata Aviliani.
Di sisi lain, Ekonom dan Associate Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI), Ryan Kiryanto memandang kebijakan BI Rate sudah tepat dan on the right track untuk mendukung perekonomian dan kredit bank.
“Sekarang tinggal mendorong sisi permintaan kredit oleh pelaku usaha dan rumah tangga, yang dalam hal ini diperlukan insentif dari jalur fiskal sebagai stimulus perekonomian,” pungkas Ryan.