Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Sri Mulyani Peringatkan Dampak Konflik Iran-Israel dan Kebijakan AS

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (kanan) bersama Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara (kiri) memberikan keterangan pers APBN KiTa. (ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga)
Intinya sih...
  • Sri Mulyani mengungkap dampak perang Iran-Israel pada harga minyak dan ketidakpastian ekonomi global.
  • Gejolak ini memengaruhi nilai tukar, suku bunga global, serta kinerja ekspor dan harga komoditas.
  • Pemerintah Indonesia menjaga sikap fiskal yang ekspansif mendukung daya tahan ekonomi nasional dengan berbagai kebijakan.

Jakarta, FORTUNE - Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, memperingatkan dampak rambatan dari kombinasi konflik bersenjata Iran-Israel dan ketidakpastian kebijakan ekonomi Amerika Serikat (AS) yang berisiko menciptakan tekanan berlapis bagi perekonomian Indonesia.

Dalam konferensi pers APBN Kita, Selasa (17/6), Sri Mulyani menegaskan gejolak geopolitik di Timur Tengah tersebut telah memicu lonjakan harga minyak dan menciptakan ketidakpastian kompleks bagi stabilitas ekonomi dunia.

Menurutnya, harga minyak melonjak hampir 9 persen sesaat setelah konflik meletus. Gejolak ini mencerminkan kegelisahan pasar terhadap potensi gangguan pasokan energi global, bahkan sebelum mempertimbangkan tekanan dari tensi dagang dan kebijakan fiskal AS.

“Ini menyebabkan dampak ke seluruh dunia termasuk Indonesia. Pergerakan nilai tukar dan suku bunga global sangat dipengaruhi oleh dinamika ini,” kata Sri Mulyani.

Sri Mulyani menjelaskan, situasi saat ini diperparah oleh kebijakan proteksionisme Washington dan ketidakpastian arah fiskal AS. Hal ini menciptakan kombinasi risiko yang harus diwaspadai di tengah fase pelemahan ekonomi global.

“AS bahkan menerapkan tarif perdagangan ke lebih dari 60 negara, tapi baru satu negara yang punya kesepakatan resmi. Tenggat penundaan tarif selama 90 hari juga akan jatuh pada Juli, sehingga ketidakpastian makin tinggi,” ujarnya.

Ia juga menyoroti proposal fiskal era Presiden Donald Trump yang dinilai tidak kredibel karena berpotensi memperlebar defisit AS lebih dari US$10 triliun dalam satu dekade. Ketidakpercayaan ini memengaruhi sentimen terhadap surat utang pemerintah AS (US Treasury), yang berimbas pada risiko fiskal global.

“Itu kombinasi yang harus kita waspadai. Karena pelemahan ekonomi yang disertai inflasi dan kenaikan yield akibat geopolitik atau kebijakan fiskal akan membawa dampak buruk ke seluruh dunia, termasuk Indonesia,” katanya.

Menghadapi tantangan tersebut, Sri Mulyani menegaskan pemerintah menjaga sikap fiskal yang ekspansif dan mengoptimalkan APBN sebagai peredam kejut (shock absorber) untuk melindungi daya tahan ekonomi nasional.

Sejumlah kebijakan mitigasi yang digulirkan:

  • Mempercepat restitusi pajak demi menjaga likuiditas dunia usaha.

  • Memberikan stimulus bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) serta sektor padat karya.

  • Menyalurkan insentif untuk sektor perumahan dan otomotif.

  • Mengandalkan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) sebagai motor penggerak investasi dan efisiensi aset negara.

Pemerintah berkomitmen memastikan seluruh program prioritas tetap berjalan sambil menjaga keberlanjutan pembangunan di tengah ketidakpastian global.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Bonardo Maulana
EditorBonardo Maulana
Follow Us