Dibayangi Sejumlah Tantangan, Sistem Keuangan RI Tetap Terjaga
BI ungkap 3 makna ekonomi RI di kuartal I-2022.
Jakarta, FORTUNE - Bank Indonesia (BI) menilai stabilitas sistem keuangan Indonesia pada kuartal I-2022 tetap terjaga, di tengah pemulihan perekonomian global dan domestik yang masih dibayangi berbagai tantangan.
Hal tersebut juga tertuang dalam buku Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) No.38 “Sinergi dan Inovasi Untuk Mengakselerasi Pemulihan Intermediasi dan Menjaga Ketahanan Sistem Keuangan" yang diluncurkan pada Jumat (13/5).
Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan, sistem keuangan tetap berdaya tahan, dan intermediasi melanjutkan perbaikan seiring dengan membaiknya kinerja korporasi dan rumah tangga (RT) serta persepsi risiko.
"Seiring dengan prospek pemulihan ekonomi, stabilitas sistem keuangan Indonesia diprakirakan tetap terjaga pada 2022, meskipun masih dihadapkan pada sejumlah tantangan yang perlu diwaspadai," kata Perry melalui konfrensi video di Jakarta, Jumat (13/5).
3 makna ekonomi RI di kuartal I-2022
Dalam kesempatan tersebut, Perry juga menyampaikan 3 (tiga) makna tersirat dari stabilitas keuangan di kuartal I-2022.
Pertama, optimisme pertumbuhan intermediasi yang semakin membaik di tahun 2022 di tengah dinamika ekonomi global yang masih dibayangi berbagai tantangan.
Makna kedua ialah transformasi kebijakan untuk menjaga ketahanan sistem keuangan dengan tetap mendorong intermediasi yang seimbang. Dan ketiga, sinergi dalam membangun ekonomi yang inklusif melalui pembiayaan dan gerakan penggunaan produk dalam negeri.
Pentingnya kebijakan keuangan yang matang
Dalam rangkaian acara yang sama, Deputi Gubernur Senior, Destry Damayanti, juga menekankan pentingnya kebijakan sistem keuangan yang penuh dengan perhitungan matang.
"Kebijakan otoritas well calibrated, well planned, and well communicated untuk menjawab berbagai tantangan yang masih akan mewarnai pemulihan ekonomi global dan domestik ke depan," kata Destry.
Diskusi dalam webinar ini mengemukakan beberapa tantangan dimaksud, di antaranya ketegangan geopolitik Rusia Ukraina yang masih berlanjut dan dampak luka memar (scarring effect) pandemi Covid-19 yang bersifat struktural.
Untuk itu, Bank Indonesia terus berupaya menjaga momentum pemulihan melalui penguatan sinergi kebijakan nasional, termasuk di dalamnya kebijakan makroprudensial akomodatif.