Ditopang KPR, BTN Kantongi Laba Rp2,08 Triliun di September 2024
75% debitur KPR BTN kelompok milenial.
Fortune Recap
- BTN mencatat laba Rp2,08 triliun pada September 2024 di tengah biaya dana yang tinggi dan tantangan ekonomi.
- Direktur Utama BTN, Nixon LP Napitupulu menyebut tahun 2024 sebagai tahun menantang dengan stagnasi konsumsi rumah tangga dan pelemahan daya beli masyarakat.
- Intermediasi BTN tetap optimal dalam membuka akses pinjaman bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan menengah, meski laba terkontraksi 10%.
Jakarta, FORTUNE - PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) masih mampu mengantongi Laba Rp2,08 triliun pada September 2024 di tengah tren biaya dana yang mahal dan tantangan ekonomi.
Direktur Utama BTN, Nixon LP Napitupulu mengatakan, tahun 2024 merupakan tahun yang cukup menantang karena pertumbuhan konsumsi rumah tangga nasional mengalami stagnasi dan daya beli masyarakat mengalami pelemahan.
“Di tengah tantangan yang terjadi di sepanjang 2024, fungsi intermediasi BTN tetap berjalan optimal. Hal ini menandakan BTN mampu menjalankan salah satu tugas utamanya untuk membuka akses pinjaman bagi masyarakat, terutama yang berpenghasilan rendah dan menengah,” ujar Nixon melalui keterangn resmi yang dikutip di Jakarta, Jumat, (28/11).
Nixon menjelaskan, meski terkontraksi sebesar 10 persen, laba tersebut ditopang oleh masih moncernya bisnis Kredit Pemilikan Rumah (Kpr).
Kredit BTN tumbuh 11,9%
BTN menyalurkan kredit dan pembiayaan sebesar Rp356,1 triliun per akhir September 2024 atau tumbuh sebesar 11,9 persen secara tahunan (yoy). Nixon mengatakan, pertumbuhan kredit BTN ditopang oleh permintaan yang meningkat di KPR, terutama KPR Subsidi seiring dengan masih tingginya kebutuhan akan perumahan yang layak dan terjangkau di Indonesia.
Ia menyebut, saat ini terdapat 24,6 juta rumah yang masih tergolong tidak layak huni, dengan jumlah backlog kepemilikan rumah nasional yang mencapai 9,9 juta.
Nixon menuturkan, KPR Subsidi masih menyumbang porsi terbesar terhadap keseluruhan portofolio kredit BTN. Hingga September 2024, perseroan menyalurkan KPR Subsidi sebesar Rp172,7 triliun, meningkat 9,5 persen (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Sementara untuk KPR Non Subsidi, BTN juga melihat prospek yang cerah berdasarkan tingginya minat masyarakat segmen Emerging Affluent atau KPR dengan ticket size di atas Rp750 juta yang dilayani oleh Sales Center perseroan.
Hingga bulan Oktober 2024, BTN telah mengoperasikan sembilan Sales Center, dengan tiga di antaranya terletak di kawasan menengah ke atas di Jakarta, yakni Pantai Indah Kapuk, Pondok Indah, dan Cibubur.
Sales Center juga mengontribusikan lebih dari 20 persen total penyaluran KPR Non Subsidi BTN. “Melihat prospeknya yang positif, kami berencana menambah Sales Center sampai 15 kantor hingga akhir 2025,” ungkap Nixon.
75% debitur KPR BTN kelompok milenial
Nixon juga menambahkan, sebanyak 75 persen debitur KPR Subsidi BTN merupakan kelompok Millenial, yang merupakan kategori usia produktif sekitar 21 tahun hingga 35 tahun.
“Hal ini menandakan bahwa generasi muda Indonesia, terutama yang berpenghasilan rendah dan menengah, masih menganggap rumah sebagai salah satu kebutuhan utama dan trennya masih akan meningkat seiring pertumbuhan ekonomi nasional,” ujar Nixon.
Seiring dengan peningkatan penyaluran kredit, Nixon menegaskan bahwa BTN tetap menerapkan kehati-hatian dan mitigasi risiko yang ketat untuk menjaga kualitas kredit. Hal itu terlihat dari rasio kredit bermasalah atau Non-Performing Loan (NPL) gross yang turun menjadi 3,2 persen pada September 2024, dari 3,5 persen pada periode yang sama tahun lalu.
“Tingkat NPL BTN akan terus menurun pada akhir tahun karena kami akan menyelesaikan bulk asset sales pada bulan Desember dengan nilai sekitar Rp1,1 triliun hingga Rp1,5 triliun,” ungkap Nixon.
Penghimpunan DPK BTN naik 14,5%
Untuk penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) BTN secara keseluruhan tetap positif. Tercatat, total DPK BTN mencapai Rp370,7 triliun hingga akhir September 2024, bertumbuh 14,5 persen (yoy) dibandingkan dengan Rp323,9 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Nixon mengatakan, pertumbuhan DPK BTN terutama ditopang oleh peningkatan di giro sebesar 25,9 persen (yoy) per kuartal III-2024. Secara keseluruhan, dana murah berupa tabungan dan giro atau Current Account Saving Account (CASA) menyumbang 51 persen terhadap total DPK BTN dan bertumbuh 17,9 persen (yoy) dari September 2023.
“Di segmen ritel, BTN Prospera yang diluncurkan untuk segmen Emerging Affluent pada tahun ini telah menyumbang Rp8 triliun terhadap total DPK BTN dari 43.500 rekening baru,” papar Nixon.
Selain itu, lanjut Nixon, transformasi digital yang dilakukan BTN juga mulai membuahkan hasil terhadap funding berbiaya murah, seperti terlihat dari peningkatan jumlah pengguna aplikasi BTN Mobile yang mencapai 1,9 juta hingga September 2024. Total transaksi BTN Mobile telah mencapai Rp60,1 triliun selama sembilan bulan di tahun ini, melonjak 167,1 persen (yoy) dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp22,5 triliun.