FINANCE

HSBC Group Siapkan US$1 Triliun Dukung Pembiayaan Keberlanjutan 

Perubahan iklim dikhawatirkan pangkas 11% PDB Asia Tenggara.

HSBC Group Siapkan US$1 Triliun Dukung Pembiayaan Keberlanjutan Presiden Direktur  PT Bank HSBC Indonesia Francois de Maricourt pada acara HSBC Summit 2022 melalui konferensi video di Jakarta, Rabu (14/9).
14 September 2022

Jakarta, FORTUNE - Hongkong and Shanghai Banking Corporation Limited (HSBC Group) berkomitmen untuk mendukung transisi ekonomi berkelanjutan. Salah satu upaya ialah dengan menurunkan emisi karbon menjadi nol bersih dan pembiayaan keberlanjutan hingga tahun 2050. 

Presiden Direktur  PT Bank HSBC Indonesia Francois de Maricourt menyatakan, pihaknya menyiapkan dana sekitar US$1 triliun untuk pembiayaan keberlanjutan di berbagai kawasan. "Kami juga berkomitmen untuk menandai proyek keuangan berkelanjutan di kawasan. Akan tetapi, jika kita ingin mengakselerasi transisi, alokasi modalnya juga harus dipercepat," kata Francois pada acara HSBC Summit 2022 melalui konferensi video di Jakarta, Rabu (14/9). 

Dirinya juga menyampaikan, saat ini dunia sedang berjuang untuk melawan perubahan iklim.  Apalagi, Asia Tenggara termasuk Indonesia dinilai sebagai salah satu kawasan yang paling berisiko terkait dampak perubahan iklim. 

Berdasarkan data Asian Development Bank (ADB), jika perubahan iklim terus dibiarkan, dikhawatirkan bakal mengganggu Produk Domestik Bruto (PDB) negara di Asia Tenggara. "Perubahan iklim dapat memangkas 11 persen PDB Asia Tenggara diakhir abad ini dan ini memiliki dampak yang besar bagi pemerintah dan negara," kata Francois. 

Kolaborasi untuk transisi energi

Presiden Jokowi berpidato pada Sidang Komisi Ke-78 United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pacific (UNESCAP), secara virtual dari Istana Merdeka Jakarta, Senin (23/5).
Presiden Jokowi berpidato pada Sidang Komisi Ke-78 United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pacific (UNESCAP), secara virtual dari Istana Merdeka Jakarta, Senin (23/5). (dok. Setkab)

Francois menambahkan, untuk mempercepat transisi energi diperlukan modal yang besar. Tidak hanya meningkatkan investasi di sector teknologi yang rendah karbon tetapi juga memberikan insentif ke sektor lain agar bisa menjadi lebih hijau dengan biaya yang tidak mahal.

Berdasarkan data dari Nationally Determined Contribution, Indonesia memerlukan pembiayaan sebesar Rp4.520 triliun untuk melakukan aksi mitigasi dalam peta jalan NDC. Dana sebesar tersebut tidak semuanya bisa dipenuhi oleh APBN.

Karena itu, kata Francois, perlu ada kolaborasi antara institusi keuangan swasta dan juga negara serta juga aliansi keuangan global seperti Glasgow Financial Alliance for Net Zero (GFANZ).

“Transisi pembiayaan harus dipimpin pemerintah difasilitasi oleh bank dan diadopsi oleh perusahaan besar dan juga kecil. Sebagai bank yang mempunyai banyak cabang di Asia, HSBC berkomitmen untuk mendukung semua nasabah kami untuk melakukan transisi ke energi yang lebih bersih, bekerja sama dengan regulator dan juga industri banyak sektor untuk mempercepat transisi pembiayaan dan mendukung pembangunan berkelanjutan,” ujar Francois.

HSBC Indonesia dorong pembiayaan keberlanjutan

Petugas melakukan pengisian daya ke kendaraan listrik saat peluncuran Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) IO2 PLN di KFC Taco Bell Artha Gading, Jakarta, Minggu( 24/7).
Petugas melakukan pengisian daya ke kendaraan listrik saat peluncuran Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) IO2 PLN di KFC Taco Bell Artha Gading, Jakarta, Minggu( 24/7). (ANTARAFOTO/Muhammad Adimaja)

Related Topics

    © 2024 Fortune Media IP Limited. All rights reserved. Reproduction in whole or part without written permission is prohibited.