Punya Kantor Cabang di AS, BNI yakin Tutupnya SVB Tak Pengaruhi Bisnis
Jadi pelajaran penting mengelola permodalan.
Jakarta, FORTUNE - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) yakin tutupnya Silicon Valley Bank (SVB) tidak akan berdampak ke bisnis BNI.
Meskipun kita ketahui, BNI fokus menggarap segmen bisnis internasional. Apalagi, BNI memiliki kantor cabang di New York, Amerika Serikat (AS).
“Kita melihat perseroan saat ini tidak memiliki eksposur terhadap Silicon Valley Bank (SVB),” kata Direktur Keuangan BNI Novita Widya Anggraini melalui konferensi video saat RUPST BNI 2023 di Jakarta, Rabu (15/3).
Jadi pelajaran penting mengelola permodalan
Novita mengatakan, kondisi bangkrutnya SVB seakan menjadi pelajaran berharga bagi industri perbankan untuk bisa mengelola permodalan. Namun demikian, Ia memastikan bahwa kondisi permodalan BNI saat ini masih sangat kuat dan mampu melanjutkan pertumbuhan bisnis.
“Kondisi SVB ini kita perlu belajar modal. Jadi bisnis yang dijalankan perseroan sudah sangat kuat, ditandai rasio kecukupan modal lebih di atas 20 persen. CAR BNI saat ini masih berada di atas ketentuan regulator,” kata Novita.
Perseroan juga mampu mengelola rasio kecukupan permodalan atau Capital Adequacy Ratio (CAR) pada level yang sehat mencapai 19,3 persen di Desember 2022, sehingga BNI memiliki kapasitas untuk membagi dividen dengan rasio dan nilai yang lebih besar di tahun buku 2022.
Selalu terapkan stress test berkala
Kemudian dari sisi liabilitas perseroan menurutnya juga masih sangat stabil dan kuat ditandai dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang masih tumbuh.
Hal tersebut tercermin dari pertumbuhan Current Account Saving Account (CASA) yang kuat sebesar 10,1 persen (YoY). Pertumbuhan tersebut dihasilkan dari strategi perseroan untuk membangun transaction-based CASA, melalui penyediaan solusi keuangan dan transaksi yang komprehensif dan reliable.
Meski demikian, BNI terus melakukan mitigasi risiko bisnis untuk mengantisipasi segala tantangan dan gejolak ekonomi global dan dalam negeri.
“BNI menjalankan mitigasi risiko bisnis, stress test secara berkala dan suku bunga. Perseroan melakukan diversifikasi aset untuk mengurangi risiko,” kata Novita.