Uang Beredar dan Kredit Tumbuh Melambat di April 2023, Ini Penyebabnya
DPK tumbuh melambat di 7%.
Jakarta, FORTUNE – Bank Indonesia (BI) mencatat likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) pada April 2023 tumbuh melambat menjadi 5,5 persen secara year on year (yoy) menjadi Rp8.350 triliun. Padahal, pertumbuhan uang beredar bulan Maret 2023 mencapai 6,2 persen (yoy).
Kepala Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono menjelaskan, perkembangan tersebut terutama didorong oleh pertumbuhan uang beredar dalam arti sempit (M1) sebesar 3,4 persen (yoy) dan pertumbuhan kredit perbankan yang sedikit melambat. Erwin menambahkan, penyaluran kredit pada April 2023 mencapai Rp6.449 triliun, tumbuh melambat sebesar 8,0 persen (yoy), setelah tumbuh 9,8 persen (yoy) pada bulan sebelumnya.
“Sejalan dengan perkembangan kredit produktif maupun konsumtif,” kata Erwin melalui keterangan resmi di Jakarta, Senin (29/5).
Kredit konsumsi tumbuh melambat 8,6%
Berdasarkan jenis penggunaan, pertumbuhan penyaluran kredit pada April 2023 disebabkan oleh perkembangan kredit konsumsi, Kredit Modal Kerja (KMK), maupun Kredit Investasi (KI). Secara rinci, kredit konsumsi tumbuh 8,6 persen (yoy) mecapai Rp1.866 triliun pada April 2023, setelah tumbuh 9,1 persen yoy pada bulan sebelumnya. Melambatnya pertumbuhan tersebut terutama didorong oleh perkembangan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan kredit multiguna.
Penyaluran kredit sektor properti tumbuh 8,6 persen yoy pada bulan laporan, setelah bulan sebelumnya tumbuh 8,7 persen yoy, terutama disebabkan oleh perkembangan KPR/KPA. Kredit KPR/KPA tumbuh 6,8 persen yoy pada periode laporan, atau melambat setelah bulan sebelumnya tumbuh 7,3 persen yoy, khususnya pada KPR tipe 22 sampai dengan 70 di Jawa Timur dan Jawa Barat.
Sementara itu, kredit modal kerja juga tumbuh melambat di 7,1 persen (yoy) menjadi Rp2.907 triliun pada April 2023, setelah pada bulan sebelumnya tumbuh 10,1 persen (yoy). Perkembangan KMK bersumber dari sektor industri pengolahan yang tumbuh 2,9 persen (yoy) pada bulan laporan, setelah tumbuh 4,7 persen (yoy) pada Maret 2023. Terutama pada sub sektor industri minyak goreng dari kelapa sawit mentah di Kalimantan Timur dan Sumatera Selatan.
Selanjutnya, Kredit Investasi (KI) pada April 2023 tumbuh 9,1 persen (yoy) menjadi Rp1.676 triliun, setelah tumbuh 10,3 persen (yoy) pada bulan sebelumnya. Hal ini terutama bersumber dari sektor industri pengolahan serta sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR).
Sementara itu, penyaluran kredit kepada UMKM pada April 2023 tumbuh 6,6 persen (yoy), setelah tumbuh 8,5 persen (yoy) pada bulan sebelumnya. Kredit UMKM skala mikro tumbuh 38,4 persen (yoy) pada bulan laporan, setelah tumbuh 43,9 persen (yoy) pada Maret 2023.
DPK tumbuh melambat di 7%
Sementara itu, penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada April 2023 mencapai Rp7.746,6 triliun, atau tumbuh 7,0 persen (yoy), melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 7,2 persen (yoy). Perkembangan tersebut dipengaruhi oleh pertumbuhan DPK korporasi sebesar 11,9 persen (yoy) dan perorangan sebesar 2,8 persen (yoy).
Lebih rincinya, pada April 2023 tercatat tabungan tumbuh sebesar 2,6 persen (yoy), setelah tumbuh 4,3 persen (yoy) pada Maret 2023. Sementara itu, simpanan berjangka juga tumbuh 5,4 persen (yoy), setelah tumbuh sebesar 5,7 persen (yoy) pada bulan sebelumnya. Sedangkan untuk, giro tercatat tumbuh kuat 14,8 persen (yoy), lebih tinggi setelah bulan sebelumnya tumbuh 12,7 persen (yoy).
Sementara itu, untuk suku bunga simpanan dan kredit pada April 2023 relatif stabil dibandingkan bulan sebelumnya sejalan dengan perkembangan suku bunga acuan. Rata-rata tertimbang suku bunga kredit tercatat 9,37 persen, meningkat tipis 1 bps dibandingkan bulan sebelumnya.
Demikian pula suku bunga simpanan berjangka tercatat sedikit meningkat pada hampir seluruh tenor, yakni tenor 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan, dan 24 bulan, masing-masing sebesar 4,44 persen, 4,66 persen, 4,97 persen, dan 5,33 persen pada April 2023.