Turun 5,58%, BNI Bukukan Laba Rp10,1 triliun di Semester I-2025

- BNI membukukan laba bersih konsolidasi sebesar Rp10,1 triliun atau turun 5,58 persen (yoy) di semester I-2025.
- Kredit BNI naik 7,1% menjadi Rp778,7 triliun, didorong oleh kredit korporasi dan segmen konsumer yang tumbuh positif.
- BNI mencatat pertumbuhan DPK sebesar 16,5 persen menjadi Rp900 triliun, dengan peningkatan dana murah (CASA) yang tumbuh 18,7 persen (yoy).
Jakarta, FORTUNE – Pada semester I-2025, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) membukukan laba bersih konsolidasi sebesar Rp10,1 triliun atau turun 5,58 persen (yoy). Meski demikian, manajemen BNI tetap bersyukur dapat menjaga profitabilitas yang sehat di tengah tantangan ekonomi global dan domestik.
Wakil Direktur Utama BNI, Alexandra Askandar menyampaikan, perseroan berhasil memperkuat posisi fundamental di tengah stabilitas ekonomi makro dan transisi pemerintahan yang berjalan baik. Capaian ini mencerminkan ketangguhan model bisnis BNI dalam menjaga profitabilitas yang sehat di tengah upaya memperkuat kualitas portofolio dan membangun fondasi pertumbuhan jangka panjang.
Kredit BNI naik 7,1%, ini sektor yang disasar

Hingga akhir semester I 2025, penyaluran kredit BNI masih tumbuh 7,1 persen secara tahunan (yoy) menjadi Rp778,7 triliun. Pertumbuhan itu ditopang oleh kredit korporasi yang naik 10,4 persen (yoy) menjadi Rp435,8 triliun, terutama berasal dari korporasi swasta, BUMN, dan instansi pemerintah.
“Fokus kami tetap pada sektor produktif seperti pertanian, industri makanan dan minuman, telekomunikasi, infrastruktur, perumahan, hilirisasi energi, dan UMKM," ujar Alexandra yang akrab disapa Xandra dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Jumat (25/7).
Segmen konsumer mencatat pertumbuhan 10,7 persen (yoy) menjadi Rp147,0 triliun, didorong oleh personal loan yang naik 11,7 persen (yoy)menjadi Rp60,1 triliun dan KPR yang meningkat 9,9 menjadi Rp68,4 triliun. Kredit segmen kecil yaitu UMKM non-KUR juga menunjukkan pertumbuhan positif tahun ini, dimana tumbuh 9,2 persen (yoy) menjadi Rp44,4 triliun. Selain itu, kredit segmen komersial juga telah mulai menunjukkan momentum pertumbuhan dengan mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 5,5 persen (yoy).
Pertumbuhan kredit usaha di perusahaan anak juga meningkat 27,1 persen (yoy) menjadi Rp17,2 triliun yang mencerminkan penguatan sinergi grup. “Ekspansi bisnis hibank, anak usaha kami yang fokus pada pembiayaan segmen komersial & SME berbasis digital mampu tumbuh 31 persen (yoy),” kata Xandra.
Sebagai hasil dari akselerasi kredit pada segmen berisiko rendah, kualitas aset BNI terus membaik, ditandai dengan rasio kredit bermasalah atau Non-Performing Loan (NPL) membaik ke 1,9 persen, dan Loan at Risk (LAR) juga membaik menjadi 11,0 persen, sehingga Cost of Credit (CoC) dapat dijaga di level 1 persen.
Pertumbuhan CASA BNI sokong likuiditas

Di sisi lain,BNI mencatat pertumbuhan DPK sebesar 16,5 persen (yoy) menjadi Rp900 triliun, didominasi oleh peningkatan dana murah (CASA) yang tumbuh 18,7 persen (yoy) menjadi Rp647,6 triliun.
Untuk pertumbuhan rekening giro sebesar 25,1 persen (yoy) dan tabungan naik 10,5 persen (yoy) mendorong peningkatan rasio CASA menjadi 72 persen atau naik dari 70,7 persen pada periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan strategi BNI untuk fokus dalam membangun struktur pendanaan jangka panjang di tengah fluktuasi kondisi ekonomi.
Direktur Finance & Strategy BNI Hussein Paolo Kartadjoemena menjelaskan, pertumbuhan CASA yang solid mencerminkan keberhasilan BNI dalam memperkuat fondasi struktur funding melalui digitalisasi dan transformasi cabang.
Sejak diluncurkan pada Juli 2024, wondr by BNI mencatat peningkatan signifikan, dari 1 juta pengguna menjadi 8,6 juta pengguna per Juni 2025, dengan nilai transaksi naik 16 kali lipat menjadi Rp649 triliun dan jumlah transaksi mencapai 702 juta.