Jakarta, FORTUNE – Jenama Perhiasan global yang memiliki fasilitas produksi di Bali, John Hardy, menyebut pasar perhiasan di Indonesia terus berkembang seiring pertumbuhan ekonomi.
CEO John Hardy, Jan Patrick Schmitz, mengatakan bahwa hal ini dibuktikan dengan meningkatnya penjualan John Hardy di sejumlah gerai dan basis pelanggan yang kian besar di Indonesia. “Masyarakat terlihat semakin bisa menikmati produk-produk luxury, fesyen, maupun gaya hidup, termasuk desain-desain yang dihasilkan oleh John Hardy,” ujarnya kepada Fortune Indonesia, Kamis (19/9).
Selain itu, bisnis John Hardy juga berkembang di secara global. Ini mengindikasikan permintaan produk sang jenama terus meningkat, sehingga berdampak positif pada produksi perhiasan mereka di Bali, lewat sekitar 600 pengrajin perhiasan lokal Bali.
“Ini adalah momentum yang sangat baik bagi John Hardy sendiri, termasuk membawa nama Indonesia di pasar internasional, mengingat John Hardy sendiri lahir di Bali hampir setengah abad yang lalu–tepatnya 1975,” katanya.
Rilis koleksi terbaru
Seiring situasi pasar perhiasan yang semakin baik ini, Patrick mengumumkan bahwa John Hardy baru saja merilis koleksi terbarunya untuk musim gugur 2024, dengan sejumlah tema, seperti Spear, Love Knot, dan Naga. Koleksi terbaru ini, menurutnya, menggabungkan tradisi dan warisan lokal Indonesia dengan desain modern, mewah, dan elegan.
“Naga memiliki sejarah panjang dan dekat dengan kehidupan tradisi di Indonesia, yang sudah membesarkan nama John Hardy sejak lama. Creative Chairman kami, Reed Krakoff, kembali mengangkat ini dengan sentuhan yang lebih modern, yang tak hanya ditujukan untuk kaum wanita, namun kini para pria pun bisa menggunakan,” ujar Patrick.
Untuk koleksi Spear, berkembang ke emas rose dan logam gelap, dan sekarang tersedia juga untuk pria. Sementara, koleksi Love Knot, yang dirancang sebagai dua rantai terpisah yang diikat menjadi satu simpul sebagai simbol komitmen, ketahanan, dan cinta, kini tersedia dalam dua warna dan juga berkembang ke koleksi pria.
Creative Chairman John Hardy, Reed Krakoff, mengungkapkan bahwa desain terbaru ini akan lebih modern, namun tetap menjaga keaslian DNA John Hardy yang teripirasi dari pesona Bali. “Untuk musim gugur 2024, kami telah mengembangkan banyak koleksi kami dan memperkenalkan berbagai desain berlian dan emas yang menjadi favorit saya sejauh ini,” katanya.
Keberlanjutan
Ketut Adriyanti, Assisten Manager untuk Butik John Hardy, mengungkapkan bahwa salah satu keunggulan dari jenama ini adalah penggunaan material emas dan perak daur ulang dari perhiasan lama, yang sudah menjadi komitmen sejak awal John Hardy berdiri di tahun 1975. “Sebelum tren keberlanjutan marak, kami sudah memulainya 100 persen pada produk John Hardy sejak lama,” katanya kepada Fortune Indonesia, Kamis (20/9). “Ini yang membuat waktu pembuatan lebih lama dengan biaya yang lebih mahal.”
Setiap desain John Hardy dibuat dengan keahlian tangan, tanpa sentuhan mesin, dengan teknik tradisional yang mendetail dan diwariskan dari generasi ke generasi. Hal ini membuat setiap perhiasan yang dirilis John Hardy benar-benar unik dan memiliki sedikit perbedaan satu dengan lainnya, di samping jumlah yang tidak terlalu banyak dan desain yang terus berganti dalam periode waktu tertentu.