Ancaman Inflasi dan Bahan Baku, Chanel Akan Naikkan Harga

Bos Chanel tetap yakin mereknya akan dinimati penggemar.

Ancaman Inflasi dan Bahan Baku, Chanel Akan Naikkan Harga
ilustrasi chanel (dok. timeinternational)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Di tengah ketidakpastian global dan industri barang mewah, kenaikan harga bisa terjadi kapan saja dan tak terduga. Terbaru, rumah mode mewah Chanel bersiap menaikkan harganya tahun ini. Melansir purseblog.com pada Kamis (14/3), Chanel menyebut inflasi dan kenaikan harga bahan baku dan tenaga kerja yang terus meningkat jadi alasannya.

Bruno Pavlovsky, Presiden Fashion di Chanel, mengatakan kepada WWD , “Kenaikan harga dapat menjadi masalah jika kualitas tidak sebanding dengan biayanya,” dan menegaskan bahwa rumah mode ini bekerja keras untuk meningkatkan kualitas dan kerajinan produk-produknya.

Meskipun demikian, kenaikan harga yang terlalu tinggi secara konsisten mendapat kecaman dari para kritikus dan penggemar. Meski begitu, merek tersebut tetap menerapkan kenaikan harga setiap tahunnya karena bertujuan untuk lebih menyelaraskan dirinya di puncak industri mewah, setara dengan perusahaan seperti Hermès.

Ancang-ancang menaikkan harga

Kenaikan harga pada tahun ini belum berlaku, tetapi sudah mulai terasa. Chanel mengonfirmasi rumor kenaikan harga dengan menyebutkan bahwa kenaikan harga akan terjadi pada bulan ini.

Menjelang kenaikan berikutnya, Chanel sekali lagi berkampanye untuk membuktikan kepada para penggemarnya bahwa Classic Flap-nya, yang saat ini dijual seharga US$10,200 atau, 75 persen lebih tinggi dari harga tahun 2019 sebesar US$5,800.

Menjelang pertunjukan Musim Gugur/Dingin 2024, merek ini merilis kampanye baru yang dibintangi Penelope Cruz dan Brad Pitt untuk menekankan keabadian dan nilai dari Classic Flap yang ikonik. Kombinasi kampanye di tengah kenaikan harga menjadi strategi untuk meyakinkan konsumen bahwa ini adalah investasi yang bagus.

Pavlovsky percaya bahwa para loyalis mereknya akan memahaminya, meskipun para penggemar terus-menerus mengeluh bahwa kenaikan harga yang berlebihan tidak dapat dibenarkan. Dengan alasan masalah kontrol kualitas dan kecenderungan untuk berinvestasi pada Chanel vintage dibandingkan yang baru.

Dalam beberapa tahun terakhir, harga cenderung Chanel meningkat dengan rata-rata sekitar 14 persen. Meskipun harga terus melambung, nyatanya permintaan terhadap Chanel terus meroket, dengan banyak tas yang masih terjual sebelum diluncurkan ke butik.

Related Topics

ChanelAncaman Inflasi

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

IDN Channels

Most Popular

Harga Saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) Hari Ini, 21 November 2024
Siapa Pemilik Grab? Perusahaan Jasa Transportasi Terbesar
Terima Tawaran US$100 Juta Apple, Kemenperin Tetap Tagih Rp300 Miliar
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 21 November 2024
Tolak Wacana PPN 12 Persen, Indef Usulkan Alternatif yang Lebih Adil
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 22 November 2024