Bocoran Kendaraan Listrik Terbaru Aliansi Renault-Nissan-Mitsubishi

Tiga merek otomotif ini sepakat akan bikin 35 mobil listrik.

Bocoran Kendaraan Listrik Terbaru Aliansi Renault-Nissan-Mitsubishi
Proses charging mobil listrik. (ShutterStock/buffaloboy)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Aliansi Renault-Nissan-Mitsuishi sedang menyiapkan rencana strategis untuk membuat 35 mobil listrik dalam beerapa tahun ke depan. Seperti dikutip dari cartoq.com Senin (14/2), akan ada total lima platform yang dibuat oleh 3 merek ini, yakni CMF-AEV, KEI-EV, LCV-EV, CMF-EV, dan CMF-BEV.

Sebagian besar (90 persen) model mobil listrik hasil kerja sama ini akan didasarkan pada lima platform EV, termasuk CMF-AEV yang disebut sebagai "platform paling terjangkau di dunia" dan saat ini digunakan untuk Dacia Spring Electric.

Ada juga platform KEI-EV untuk EV ultra-kompak, yang sudah dikerjakan oleh Nissan dan Mitsubishi, yang sebelumnya telah tampil dengan Konsep IMk di Tokyo Motor Show (TMS) 2019.
 

Obsesi membuat harga mobil listrik lebih terjangkau

Di bawah kesepakatan 'Common Roadmap Alliance 2030', aliansi ini akan membuat harga kendaraan listrik jadi lebih terjangkau, dan memungkinkan ada penurunan biaya baterai sebesar 50 persen pada 2026 dan penurunan biaya baterai sebesar 65 persen pada 2028.

Aliansi ini juga berencana memiliki 220 GWh kapasitas produksi baterai untuk EV di lokasi produksi utama di seluruh dunia pada 2030. Di sisi lain, rencana ini akan mendorong pengembangan teknologi baterai all-solid-state (ASSB).

Teknologi tersebut nantinya akan membantu secara signifikan mengurangi waktu pengisian baterai hingga sepertiga. Artinya bakal membuat konsumen melakukan perjalanan lebih lama dengan lebih mudah, percaya diri, dan menyenangkan.

Perjalanan aliansi Nissan-Renault-Mitsubishi

Aliansi otomotif raksasa Renault-Nissan-Mitsubishi yang menjalankan strategi baru untuk pulih dari penurunan penjualan, yang akan diumumkan pada pekan ini, dilansir Reuters, Selasa (26/5).

Sejak didirikan pada 1999, kemitraan Renault-Nissan didominasi sosok Carlos Ghosn sebagai pemimpin utama. Namun setelah Ghosn tersandung masalah hukum, hubungan aliansi itu justru memburuk. Apalagi kini mereka berjuang untuk keluar dari masalah penjualan imbas pandemi Covid-19. Berikut perjalanan waktu aliansi hingga 2020.

1996
Ghosn bergabung dengan Renault sebagai wakil presiden eksekutif ketika perusahaan berjuang karena jatuhnya profitabilitas. Tahun berikutnya, ia meluncurkan "rencana pengurangan biaya 20 miliar franc", menghidupkan kembali reputasinya sebagai "Le cost killer", yang diperoleh saat memperkuat Michelin.
Profitabilitas Renault melonjak tiga kali lipat pada akhir 1998.

1999
Pada Maret, Renault datang menyelamatkan Nissan yang saat itu terjerat utang dan mengalami kerugian selama tiga tahun berturut-turut.

Ghosn mengungkapkan "Rencana Kebangkitan Nissan", menargetkan pengembalian laba di tahun keuangan 2000. Ghosn dan komite eksekutifnya berjanji untuk mengundurkan diri jika target tidak terpenuhi.

Setelah memangkas 21.000 pekerjaan, atau 14 persen dari tenaga kerja, serta menutup beberapa pabrik lokal dan membongkar perusahaan grup "keiretsu", Nissan mencapai target setahun lebih cepat. Ghosn pun dipuji sebagai selebriti bisnis di Jepang.

2000
Ghosn menjadi CEO Nissan. Pada akhir tahun 2000, Nissan menyumbang sekitar setengah dari laba bersih tahunan Renault, sebuah situasi yang sebagian besar berlanjut hingga hari ini.

2002
Nissan mengumumkan rencana pertumbuhan tiga tahun "Nissan 180", menargetkan peningkatan 1 juta unit penjualan global pada September 2005.

2005
Nissan kehilangan target pertumbuhan penjualan globalnya. Mereka juga mengumumkan rencana "Value Up" selama tiga tahun untuk mempertahankan margin operasi di tingkat atas, serta mencapai penjualan global sebesar 4,2 juta unit pada Maret 2009 dan pengembalian 20 persen modal atas investasi.

Ghosn menjadi Presiden dan CEO Renault.

2006
Ghosn mengumumkan "Komitmen Renault 2009" sebagai pabrikan paling menguntungkan di Eropa berdasarkan volume.

2008
Nissan gagal memenuhi target "Value Up".

Pembuat mobil mengumumkan rencana lima tahun "GT 2012" yang fokus pada investasi tetapi dibatalkan karena krisis keuangan.

2011
Nissan mengumumkan rencana jangka menengah "Power 88", yang mencakup target untuk mencapai marjin laba operasi global 8 persen dan pangsa pasar global 8 persen pada 2017.

2012
Nissan fokus pada peningkatan pangsa pasar di AS menjadi 10 persen. Laba operasi Renault turun untuk tahun kedua berturut-turut karena penjualan melambat di Eropa.

2013
Renault dan Nissan mengumumkan rencana "Common Module Family" untuk pengembangan dan pembuatan kendaraan berbiaya rendah.

Sistem baru itu bertujuan mengurangi biaya komponen hingga 20-30 persen di seluruh aliansi. Tahun berikutnya mereka menyatukan lebih banyak fungsi, menargetkan penghematan tahunan sekitar 10 miliar euro pada sekitar tahun 2022.

2016
Nissan mengumumkan akan mengambil saham Mitsubishi Motors. Ghosn pun menjadi pimpinan aliansi tersebut.

2017
Ghosn mengatakan akan mengundurkan diri sebagai CEO Nissan pada April untuk fokus pada peningkatan profitabilitas di Renault dan memastikan aliansi itu "tidak dapat diubah" setelah dia pensiun.

Aliansi itu menjual lebih dari 10 juta kendaraan secara global, menjadikannya salah satu produsen mobil terbesar di dunia.

2018
Ghosn ditangkap di Jepang dengan tuduhan tidak melaporkan gajinya selama lebih dari satu dekade. Dia dituduh melakukan kejahatan lain termasuk menggunakan dana Nissan untuk kepentingan pribadi. Ghosn dipecat sebagai ketua aliansi.

2019
Kinerja Nissan dan Renault melorot setelah penangkapan Ghosn. Kedua pembuat mobil merombak sistem tata kelola perusahaan mereka dan menunjuk dewan baru, karena keuntungan terus merosot.

Aliansi menunjuk Jean-Dominique Senard sebagai pimpinan. Pada 29 Desember, Ghosn melarikan diri dari Jepang dengan naik pesawat carteran. Dia akhirnya tiba di Lebanon, rumah masa kecilnya.

2020
Makoto Uchida, chief executive baru Nissan, mengatakan pada bulan Februari ia akan dipecat jika gagal membalikkan kondisi perusahaan. Pada April, Renault mengincar uang pinjaman dari pemerintah Prancis demi menjaga stabilitas perusahaan di tengah pandemi Covid-19.

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

Most Popular

Schroders Berniat Jual Unit Bisnis Indonesia
BBRI Bagikan Dividen Interim Rp135 per Saham, Ini Jadwalnya!
Adrian Gunadi Masuk DPO, Masih Buron Dari Kasus Investree
“Juru Selamat” BCA pada 1998, Djohan Emir Mundur Dari Kursi Komisaris
Ini Kinerja Keuangan Alfamart (AMRT), Tutup Ratusan Gerai
Alamtri (ADRO) Bagi Dividen Rp3,2 Triliun, Ini Jadwalnya!