Jakarta, FORTUNE - Sejak dahulu Jam Tangan Mewah dianggap sebagai aset berharga. Itu sebabnya Rolex, Patek Philippe, dan Cartier sangat memperhatikan harga, karena harga naik dan turun sangat terpengaruh dengan selera masyarakat akan belanja kelas atas.
Melihat situasi ini, CEO Rolex Jean-Frédéric Dufour tidak menginginkan hal tersebut terjadi. Bahkan, menurutnya, amat berisiko jika menganggap jam tangan sebagai Investasi yang nilainya sering berubah. Demikian dilaporkan Fortune.com.
“Saya tidak suka kalau orang membandingkan jam tangan dengan saham. Ini mengirimkan pesan yang salah dan berbahaya,” kata Dufour dari Rolex dalam sebuah wawancara dengan outlet Swiss NZZ awal bulan ini. Sebaliknya, jam tangan Rolex lebih mirip “produk” dibandingkan investasi, katanya menambahkan.
Terkait gejolak harga, tanggapan Dufour muncul ketika dunia jam tangan sedang mengalami masa gejolak yang berkepanjangan karena tingginya suku bunga dan tekanan ekonomi yang menambah kesengsaraan pembeli. Jatuhnya harga jam tangan mewah dari Rolex, Patek, Audemars Piguet, dan lainnya terasa sangat spektakuler karena mengikuti tingginya pandemi Covid-19 ketika orang-orang menghabiskan banyak uang untuk membeli jam tangan.
Risiko fluktuasi harga
Jam tangan sering dipandang sebagai investasi karena nilainya dapat meningkat seiring berjalannya waktu, dan jam tangan mengikuti perkembangan dan kegagalan yang terjadi di pasar keuangan yang lebih luas di masa lalu, menurut Boston Consulting Group. Selama pandemi Covid-19, harga jam tangan melonjak, seiring dengan tingginya harga pasar saham.
Callum Patrick, salah satu pendiri Chronofinder, pengecer jam tangan mewah, mengatakan kepada Fortune. Ketika orang berbelanja jam tangan mahal, mereka sering kali berpikir untuk membeli “barang investasi,”
Menurutnya, pada akhirnya jam tangan ibarat “piala” yang memiliki nilai finansial, dan potensi investasi apa pun harusnya menjadi bonus.
“Jam tangan mewah adalah pembelian yang sangat besar, dan jam tangan ini dibuat agar tahan lama,” kata Patrick.
“Ada 'model keren' yang kami jual setiap hari, dan ada lebih banyak model khusus yang harus Anda tunggu sampai kolektor yang tepat datang. Keduanya bernilai sesuai dengan kesediaan seseorang untuk membayarnya, sementara yang satu jauh lebih likuid dibandingkan yang lain," ujarnya, menambahkan.
Meskipun industri jam tangan mengalami kemerosotan, Rolex tetap menjadi kekuatan dominan di dunia jam tangan. Produsen jam tangan Swiss ini meraup rekor penjualan sebesar US$11,5 miliar pada tahun 2023, naik 11 persen dari tahun sebelumnya, menurut data yang dikumpulkan oleh Morgan Stanley dan perusahaan Swiss LuxeConsult yang diterbitkan pada bulan Februari.
Namun, bukan berarti Rolex bebas dari masalah. CEO Dufour mengatakan dalam wawancaranya bahwa tahun ini akan menjadi “tantangan” karena biaya input masih tinggi dan masyarakat tidak enggan berbelanja.
“Ketika pasar melemah, seperti yang terjadi saat ini, pengecer berada di bawah tekanan untuk menurunkan harga. Ini sangat bermasalah karena diskon merusak produk emosional seperti milik kita,” ujarnya.
Pada akhirnya, merek-merek yang sangat mapan dan sangat kuatlah yang tetap berada dalam hati nurani pembeli dan memberikan kinerja terbaik di tengah gejolak pasar, kata Dufour.