Jakarta, FORTUNE - Tren Cokelat Dubai yang viral kini melanda Eropa. Dengan harga mencapai lebih dari €100 per batang atau setara Rp1 juta, kelezatan ini bahkan memicu penyelundupan di berbagai negara. Ali Fakhro, pemilik Abu Khaled Sweets di Berlin, melihat langsung bagaimana cokelat dengan isian pistachio ini menjadi rebutan. Setiap pagi, saat ia menata deretan batang cokelat di tokonya, ia tahu semuanya akan habis dalam hitungan jam.
“Di hari pertama saya membuat 20 batang, tapi semuanya habis dengan cepat. Hari berikutnya, saya membuat 50 — semuanya habis juga,” ungkap pria 32 tahun yang mulai membuat cokelat viral itu dengan versinya sendiri sejak dua bulan lalu.
Melansir Fortune.com (28/11), cokelat Dubai pertama kali diperkenalkan pada 2021 oleh Sarah Hamouda, pengusaha Inggris-Mesir yang berbasis di Dubai. Hidangan ini dikenal dengan bentuknya yang tebal dan dekorasi unik, serta isian krim pistachio yang kaya sebagai rasa khasnya.
Ketenaran cokelat ini melonjak setelah influencer TikTok, Maria Vehera, mengunggah video dirinya memakan cokelat tersebut di dalam mobil. Video ini telah ditonton lebih dari 100 juta kali. Meskipun produk aslinya hanya tersedia dalam jumlah terbatas untuk pelanggan lokal di Dubai, popularitasnya memicu munculnya banyak tiruan di seluruh dunia.
Fakhro menyempurnakan resep cokelatnya dengan menambahkan tekstur renyah menggunakan kataifi, pastry khas Timur Tengah yang dicincang halus. Hasilnya, cokelat buatannya sukses besar.
Antrean panjang
Antusiasme terhadap cokelat ini meluas di Jerman, di mana harga per batangnya dijual lebih dari €100 secara online. Bahkan, seorang pria berusia 31 tahun tertangkap menyelundupkan 45 kilogram cokelat ini dari Swiss ke Jerman.
Produsen cokelat ternama Swiss, Lindt, turut meramaikan tren ini dengan meluncurkan versi mereka di Jerman bulan ini. Pelanggan mengantre selama berjam-jam di tengah dingin untuk mendapatkan cokelat yang dijual hingga €20 per batang.
“Saya menunggu selama 10 jam. Saya sudah di sini sejak tengah malam hanya untuk mencicipi cokelat ini,” kata Leon Faehnle, mahasiswa 18 tahun, di luar toko Lindt di Stuttgart.
Cokelat Dubai juga menarik perhatian para pedagang. Yannick Burkhard, 21 tahun, rela antre tiga jam untuk membeli cokelat ini. Namun, ia tidak berniat memakannya sendiri. “Saya tidak akan pernah membayar sebanyak itu untuk cokelat ini. Ini uang cepat dan mudah,” katanya sambil tersenyum.
Seorang pelanggan bernama Lucas, 24 tahun, juga mengakui bahwa cokelat ini memiliki nilai jual tinggi. “Batang ini seharga 15 euro, tetapi bisa dijual hampir 100 euro. Ada banyak penawaran di eBay, hingga 300 euro,” ujarnya.
Namun, tidak semua pelanggan membeli untuk keuntungan. Faehnle, yang berhasil membeli beberapa batang, memilih untuk membaginya dengan keluarganya. “Sekarang saya akan pulang dan membaginya dengan kakek-nenek saya,” katanya dengan bangga.
Serupa, kepopuleran cokelat Dubai juga menyambangi Indonesia. Mulai banyak bakery ataupun toko hidangan penutup yang mulai meluncurkan inovasi menu yang terinspirasi dari cokelat viral tersebut. Salah satunya Don Bakeshop, milik pastry chef Dony Muhadi. Harga cokelat seberat 250 gram ini dibanderol dengan harga Rp269.500, bahkan bisa lebih mahal jika membeli melalui jasa titip. Namun, antrean cokelat yang diluncurkan awal November ini masih mengular walaupun pembeliannya dibatasi.