H&M Ancang-ancang Naikkan Harga, Ekspansi Global Jalan terus

Laba H&M tidak sesuai harapan.

H&M Ancang-ancang Naikkan Harga, Ekspansi Global Jalan terus
Gerai H&M di Times Square New York. Shutterstock/Sorbis
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Stockholm, FORTUNE - Peritel pakaian asal Swedia yakni H&M, menyatakan perlu menaikkan harga jual pada tahun ini. Keputusan tersebut sebagai dampak inflasi serta kenaikan biaya bahan baku dan transportasi. 

Inflasi telah membuat perolehan laba kuartal 1 yang berlangsung selama Desember 2021-Februari 2022, jauh di bawah ekspektasi. "Kami akan meningkatkan jenis produk yang berbeda di negara yang berbeda tergantung pada persaingan dan permintaan," kata CEO H&M Helena Helmersson kepada Reuters, dikutip Rabu (6/4).

Meskipun perusahaan berencana menaikkan harga, kata dia, tapi besarannya lebih kecil dan tidak mempengaruhi kisaran harga dasar pakaian di pasaran.

Laba H&M tidak sesuai harapan

Gerai H&M di Spanyol tutup akibat pandemi Covid-19. Shutterstock/marinissim

H&M merupakan pengecer mode terbesar kedua di dunia. Perusahaan itu meraih laba sebelum pajak 282 juta crown atau US$30,5 juta pada kuartal 1. Capaian tersebut sudah lebih baik dibandingkan dengan kerugian 1,4 miliar crown pada periode yang sama tahun sebelumnya ketika hampir setengah dari gerai mereka ditutup oleh pandemi Covid-19.

Meskipun begitu, H&M melihat kinerja kuartal I tidak sesuai harapan. Selain meleset dari rata-rata perkiraan para analis, yakni laba 1,0 miliar crown, kinerjaanya juga jauh di bawah 2,5 miliar crown yang dicapai pada kuartal I pra pandemi 2020. Tak ayal, laporan kinerja berdampak negatif pada saham. Harga sahamnya turun 10 persen pada 1130 GMT.

"Penjualan dan keuntungan untuk kuartal tersebut dipengaruhi oleh efek negatif dari pandemi di banyak pasar utama grup," kata H&M dalam sebuah pernyataan. 

Mereka juga menyebut adanya gangguan dan penundaan rantai pasokan, serta gelombang baru Covid-19 di beberapa pasar.

H&M telah melaporkan sebelumnya bahwa penjualan kuartal I naik 18 persen year on year (yoy) dalam mata uang lokal. Namun, kinerja itu masih turun dibandingkan dengan dua tahun lalu.

Pertumbuhan penjualan melambat

Shutterstock/Luis A. Orozco

Pertumbuhan penjualan pada periode 1-28 Maret 2022 melambat secara substansial dari kuartal pertama menjadi 6 persen dalam mata uang lokal. Jika tidak termasuk penjualan di Rusia, Belarusia dan Ukraina, kenaikan pada Maret adalah 11 persen. Rusia tahun lalu menyumbang 4 persen terhadap penjualan grup.

Sebagai informasi, H&M sementara ini telah menutup toko-toko di Rusia, Belarusia dan Ukraina. "Ada ketidakpastian lanjutan mengenai perkembangan dan perusahaan terus memantau dan mengevaluasi situasi," kata H&M tentang krisis Ukraina.

H&M mengatakan koleksi-koleksi mereka telah diterima dengan baik pada kuartal I yang mengarah ke bagian penjualan harga penuh lebih tinggi daripada tahun sebelumnya serta pada bulan Maret. Helmersson mengatakan bahwa di negara-negara di mana musim semi telah tiba, pakaian berwarna-warni sangat diminati. 

Pesaing terbesar H&M, yakni Inditex yang merupakan pemilik Zara, telah melewati pandemi dan gangguan rantai pasokan global lebih baik daripada H&M. Penjualannya tumbuh 33 persen yoy dan 21% persen dibandingkan dengan periode yang sama pada 2019, dalam enam minggu sejak 1 Februari.

Melanjutkan ekspansi global

Ilustrasi display pakaian di department store. (Pixabay/ArtisticOperations)

Maret 2022 juga menjadi saksi dimulainya dorongan H&M ke pasar baru. Perusahaan diluncurkan di Kamboja melalui waralaba dan memiliki pembukaan lebih lanjut untuk Ekuador, Kosovo, Makedonia Utara, Kosta Rika dan Guatemala pada 2022, dua rencana yang terakhir melalui waralaba.

Adapun saham H&M turun 12,9 persen di Bursa Efek Stockholm pada penutupan perdagangan Selasa (31/3) waktu setempat merespons rencana kenaikan harga pakaian. 

H&M tercatat menorehkan peningkatan penjualan sebesar 23 persen dari tahun ke tahun menjadi US$5,24 miliar atau setara 49,2 miliar Krona Swedia pada tiga bulan pertama yang berakhir pada Februari 2022.

Di periode yang sama tahun 2021 banyak toko yang tutup karena pandemi. Sementara perusahaan juga mengubah kerugian sebelum pajak sebesar US$148 juta tahun lalu menjadi laba sebelum pajak sebesar US$30 juta, ini meleset dari perkiraan.

Helena Helmersson mengakui bahwa gangguan dan penundaan dalam rantai pasokan telah mempengaruhi perusahaan dan bahwa pasar utama dipengaruhi oleh gelombang baru pandemi pada kuartal I/2022. Ini merujuk pada kedatangan varian Omicron dari Covid-19 yang menyebabkan penutupan toko di beberapa lokasi terbaik perusahaan.

Magazine

SEE MORE>
Change the World 2024
Edisi Desember 2024
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024

Most Popular

OJK Digeledah KPK, Juru Bicara Buka Suara
Daftar Saham Lo Kheng Hong, Sektor Keuangan hingga Energi!
Siapa Pemilik Sritex? Ini Profil dan Perusahaannya
Kinerja Smartfren Memburuk, Bosnya Ungkap Persaingan yang Makin Berat
Sritex Resmi Pailit Usai Kasasi Ditolak, Berutang Rp26 T
Sritex Siap Ajukan Peninjauan Kembali (PK), Belum Menyerah