Jakarta, FORTUNE - Hongkong Land Holdings dan 10 penyewa ritelnya, termasuk Hermes dan Louis Vuitton, akan menginvestasikan US$1 miliar atau kisaran Rp16 triliun untuk merenovasi mal kelas atas di Hong Kong. Langkah ini merupakan bentuk kepercayaan terhadap industri ritel mewah kota tersebut. Demikian dilansir dari The Strait Times, Senin (29/7).
Pengembang yang terdaftar di Singapura ini mengumumkan rencana pada 26 Juni untuk memperluas dan meningkatkan properti ritel bermerk Landmark-nya. Langkah ini diambil guna memperkuat status Hong Kong Central sebagai pusat ritel mewah di tengah penurunan penjualan dan meningkatnya persaingan.
Hongkong Land akan menginvestasikan US$400 juta dari dananya sendiri, sementara 10 penyewa akan menanggung sisa US$600 juta. Investasi ini akan digunakan untuk menciptakan toko multi-lantai individu di atas ruang toko seluas 220.000 kaki persegi selama tiga tahun ke depan.
Jumlah tersebut dua kali lipat dari ruang toko yang saat ini ditempati oleh 10 merek tersebut, yang terdiri dari Cartier, Chanel, Dior, Hermes, Louis Vuitton, Prada, Saint Laurent, Sotheby’s, Tiffany & Co. dan Van Cleef & Arpels. Rata-rata, kesepuluh penyewa tersebut memiliki komitmen sewa 10 tahun di Landmark.
Toko-toko baru tersebut akan terdiri dari tiga toko di Landmark Atrium, Landmark Alexandra, dan Landmark Prince’s, serta satu toko di Landmark Chater. Empat ruang ritel yang saling terhubung ini membentuk mal Landmark.
Ruang yang telah direnovasi akan mencakup restoran kelas atas berstandar Michelin dan 100 merek makanan dan minuman baru.
Untuk memberikan ruang bagi perluasan area, dua lantai terendah dari ruang kantor di Prince’s Building dan Gloucester Tower Landmark akan diubah menjadi ruang ritel, dan penyewa yang ada akan dipindahkan ke properti lain dalam portofolio Hongkong Land. Bar dan lobi The Landmark Mandarin Oriental, yang menempati lantai bawah blok kantor Edinburgh Tower Landmark, juga akan dipindahkan.
Renovasi mulai kuartal III-2024
Landmark akan tetap buka selama renovasi yang dimulai dari kuartal ketiga 2024. Pendapatan sewa mungkin akan terkena dampak sementara selama periode ini, tetapi akan pulih dan tumbuh seiring dengan selesainya pekerjaan renovasi dalam tiga tahun ke depan, kata pejabat perusahaan.
Chief Retail Officer Hongkong Land, Alexander Li, mengatakan bahwa transformasi ini diperlukan agar merek-merek mewah dapat lebih kreatif dengan penawaran mereka dan agar Landmark tetap kompetitif sebagai tujuan ritel mewah di Hong Kong.
Li menambahkan bahwa penduduk Hong Kong saat ini menyumbang 80 persen dari penjualan Landmark, dan 70 pembelanja teratas menghabiskan gabungan HK$1 miliar di mal tersebut pada 2023 dan HK$500 juta sejauh ini pada 2024. Sekitar 85 persen pelanggan Landmark kembali berbelanja di mal tersebut dan terus mengeluarkan lebih banyak uang setiap tahun. Rata-rata, pembelanja VIP menghabiskan HK$1 juta (S$174.000) masing-masing pada 2023.
Langkah ini akan memungkinkan 10 merek tersebut memenuhi permintaan yang terus berkembang dari pembelanja mewah dengan menawarkan lebih banyak kategori produk dan menciptakan ruang pribadi serta layanan yang dipersonalisasi untuk meningkatkan pengalaman berbelanja, kata Li.
Direktur Eksekutif Hongkong Land, Alvin Kong, mengatakan, "Kami tetap sangat yakin dengan prospek jangka panjang Hong Kong, mengingat konsentrasi kekayaan dan perkembangan kota ini."
Dia mencatat bahwa investasi ini akan memperkuat portofolio Hongkong Land di Hong Kong Central, di mana ia adalah salah satu pengembang terbesar, dan "menjamin masa depan" bisnis tersebut.
Renovasi ini merupakan salah satu yang terbesar dalam sejarah 44 tahun Landmark. Selain itu, renovasi juga menjadi upaya menarik konsumen di tengah persaingan sengit pusat perbelanjaan mewah lainnya di wilayah tersebut, seperti Singapura, Dubai, dan Tokyo, serta di seluruh dunia, seperti di London, Paris, Milan, dan New York.
Langkah ini juga dilakukan di tengah penurunan penjualan ritel di kota tersebut, dengan nilai transaksi turun 14,7 persen pada April dibandingkan dengan tahun sebelumnya, penurunan terbesar sejak Juli 2020, menurut data pemerintah. Penjualan pakaian dan alas kaki turun 24 persen, sementara penjualan perhiasan dan jam tangan turun hampir 29 persen.
Hongkong Land memiliki dan mengelola lebih dari 9,1 juta kaki persegi properti perkantoran dan ritel mewah di kota-kota utama Asia termasuk Hong Kong, Singapura, Beijing, dan Jakarta. Pendapatan perusahaan turun 18 persen menjadi HK$1,84 miliar pada 2023.
Saham Hongkong Land, yang 50 persen dimiliki oleh konglomerat Jardine Matheson Holdings, ditutup datar pada 26 Juni di US$3,20.