Jakarta, FORTUNE - Produsen mobil sports premium Ferrari dan Lamborghini, kompak mengatakan mereka tidak akan menjual mobil ke pasar Rusia sampai batas waktu yang belum ditetapkan. Langkah ini merupakan kecaman atas invasi yang dilakukan Rusia ke Ukraina.
Dilansir dari Carscoops, Kamis (10/3), Lamborghini dan Ferrari juga menyumbangkan dana masing-masing 1 juta Euro. Bantuan ini disalurkan melalui Badan Pengungsi PBB (UNHCR) sebagai bentuk dukungan untuk Ukraina.
"Lamborghini sangat sedih dengan peristiwa di Ukraina dan terus mengamati situasi dengan keprihatinan serius. Kami berharap peperangan ini bisa cepat berakhir dan kembali ke diplomasi," kata pihak Lamborghini.
Menangguhkan bisnis dan produksi
Lebih lanjut, Ferrari juga menangguhkan bisnis dan produksi kendaraannya di pasar Rusia. CEO Ferrari Benedetto Vigna., mengatakan Ferrari berdiri di samping semua orang di Ukraina yang terkena dampak krisis kemanusiaan ini dan berharap ada soluso.
"Kami berharap untuk segera kembali ke dialog dan solusi damai, kami tidak bisa tetap acuh tak acuh terhadap penderitaan semua orang yang terkena dampak. Pikiran dan dukungan kami pergi ke mereka. Kami memainkan peran kecil kami di samping institusi yang membawa bantuan langsung ke situasi ini," ucap Benedetto Vigna.
Bantuan dana yang diberikan Ferrari akan digunakan mendanai proyek-proyek kemanusiaan internasional yang mendukung Ukraina serta inisiatif lokal yang berfokus pada penerimaan pengungsi di wilayah Italia. Di samping itu, akan digunakan warga Ukraina untuk melarikan diri dari wilayah konflik.
Perang Rusia Ukraina berdampak luas hingga ke sektor otomotif. Sejumlah produsen otomotif global mengentikan produksi di Rusia sesaat setelah negara itu melakukan invasi ke Ukraina.
Sebelumnya, berbagai merek ternama juga sudah menghentikan ekspor ke Rusia. Di sektor makanan dan minuman, Pepsi Co., Coca-Cola Company, Starbucks, dan restoran cepat saji McDonald’s juga menyetop usaha.
Di jajaran merek mewah, produsen jam tangan mewah asal Swiss, Rolex, juga menegaskan sudah menghentikan ekspor ke Rusia. Para triliuner dan orang kaya baru Rusia kini juga harus ke luar negeri untuk mendapatkan merek mewah seperti Chanel, Louis Vuitton, dan Gucci.