Jakarta, FORTUNE - Setelah lebih dari dua tahun mengalami kenaikan harga, merek-merek barang mewah kini mencoba pendekatan baru demi menarik pembeli. Pasar barang mewah global mulai melambat, dan merek-merek besar mulai berfokus menawarkan produk lebih terjangkau dengan harga di bawah US$500.
Menurut laporan Reuters, pasar barang mewah tengah mengalami penurunan yang signifikan. Pengeluaran konsumen untuk barang mewah telah melambat, bahkan turun, dalam beberapa bulan terakhir.
Untuk menarik kembali pembeli kelas menengah yang aspiratif, perhatian kini dipusatkan pada produk lebih terjangkau, seperti selendang, ikat pinggang, barang kulit kecil, peralatan rumah tangga, kosmetik, dan wewangian. Produk-produk dengan harga US$500 atau lebih murah kini menjadi pilihan utama. Contohnya, tali anjing Gucci seharga US$440, tempat kartu Louis Vuitton seharga US$360, dan selendang kasmir Burberry seharga US$450.
Menurut analis Citi, pengeluaran konsumen AS untuk barang-barang mewah turun 6 persen dibandingkan dengan tahun lalu pada November ini.
"Penurunan ini sebagian besar disebabkan oleh permintaan yang lemah setelah Pemilu Presiden baru-baru ini," ujarnya, melansir Robb Report, Senin (23/12).
Penurunan ini juga mencerminkan penurunan global dalam jumlah pembeli barang mewah, yang diperkirakan turun sekitar 60 juta orang menjadi US$355 juta, karena konsumen menghabiskan lebih banyak uangnya untuk pengalaman ketimbang barang material.
Pengaruh berbagai sektor
Selain pasar AS yang mengalami perlambatan, sektor barang mewah juga terkena pengaruh dari perubahan cepat di Cina, yang selama ini menjadi pendorong utama pertumbuhan. Krisis properti dan masalah pengangguran di kalangan anak muda di negara tersebut diperkirakan akan berlanjut dalam waktu dekat, yang membuat pembeli menjadi lebih selektif dan enggan membelanjakan penghasilannya.
Meski demikian, penjualan barang kulit meningkat 8 persen sejak tahun lalu. Beberapa merek, contohnya Louis Vuitton, merespons kondisi tersebut dengan memperbanyak produk pada kategori harga ini.
Namun, strategi ini tetap menyimpan risiko. Barang-barang mewah mahal biasanya memiliki margin keuntungan besar, yang menjadi sumber keuntungan utama bagi merek-merek besar. Di sisi lain, barang dengan harga lebih terjangkau memiliki margin jauh lebih kecil, yang, menurut para ahli, bisa menggerus keuntungan bahkan pada konglomerasi raksasa seperti LVMH dan Kering.
Dengan perubahan yang terus berlangsung, banyak yang menantikan bagaimana pasar barang mewah akan berkembang pada 2025.
Direktur Keuangan LVMH, Jean-Jacques Guiony, memberikan penekanan kepada para analis pada Oktober lalu. Menurutnya, jika brand menawarkan produk yang terlalu terjangkau, reputasi eksklusif merek-merek dalam grup mereka, yang mencakup Dior, Celine, dan Fendi, bisa rusak.