Jakarta, FORTUNE - Teknologi Urban Air Mobility (UAM) atau yang dikenal dengan taksi terbang diprediksi menjadi salah satu teknologi mobilitas generasi berikutnya. Hadirnya UAM digadang-gadang tidak hanya meningkatkan kenyamanan pergerakan kendaraan, tapi menjadi solusi jaringan transportasi perkotaan.
Pemerintah Korea Selatan pun telah memulai pembangunan infrastruktur UAM atau kendaraan terbang. Bahkan pasar taksi terbang atau mobil terbang pada 2040 diprediksi mengalami pertumbuhan US$1.500 triliun.
Proyek Grand Challenge dimulai
Dilansir dari Hindustan Times, Kamis (13/1), sebuah perusahaan investasi Amerika Serikat, Morgan Stanley, bahkan memperkirakan penjualan taksi terbang secara global meningkat sekitar 30 persen per tahun mulai 2021 hingga 2040.
Kemudian Porsche Consulting pun memperkirakan setengah dari transportasi drone akan menjadi transportasi penumpang pada 2035.
Pada 28 Desember tahun lalu, Kementerian Pertanahan, Infrastruktur dan Transportasi Korsel menyetujui proyek percontohan UAM yang dipimpin swasta-publik 'Rencana Operasi Grand Challenge K-UAM'. Dalam rencana tersebut ditujukan untuk memverifikasi keselamatan dan menyiapkan sistem operasi dan standar teknologi sebelum dikomersialkan.
Tahap pertama proyek 'Grand Challenge' akan dilakukan tahun depan di Pusat Uji Kinerja Penerbangan Komprehensif Nasional di Goheung, Jeollanam-do. Untuk demonstrasi tahap kedua, uji operasi akan dilakukan di jalur UAM bandara-kota, yang diharapkan menjadi yang pertama dikomersialkan pada 2025.
Kolaborasi menetapkan standar industri
Aliansi 'K-UAM Dream Team' meliputi Hanwha System, SK Telecom, Korea Airports Corporation, dan Korea Transport Institute. Selain itu, perusahaan UAM Hyundai Motor Group 'Supernal' telah menandatangani kemitraan dengan tiga perusahaan, di antaranya meliputi 'Altitude Angel' Inggris, 'Sky Road' Jerman dan 'One Sky' AS.
Kolaborasi itu dilakukan untuk menetapkan standar industri. Korea Airports Corporation dan Hanwha System telah memamerkan teknologi canggihnya.
Sebagai langkah awal, mereka melakukan demonstrasi bandara UAM untuk pertama kalinya di Korea dan meluncurkan vertiport masa depan menggunakan sistem kontrol pesawat UAM terintegrasi dan terminal penerbangan bisnis.
Taksi terbang siap beroperasi di Indonesia?
Tak hanya di Korea Selatan, taksi terbang juga jadi perbincangan di Indonesia. Taksi terbang dengan jenama EHang 216, sudah menjalani 2.000 kali uji penerbangan dan ditargetkan akan segera beroperasi mengangkut penumpang.
Hal itu disampaikan Direktur PT Prestisius Aviasi Indonesia Rudy Salim dalam Webinar Masa Depan Mobilitas Udara Perkotaan Jabodetabek pada Kamis, (21/10/2021).
"Kita masukin EHang ke Indonesia memang tujuannya untuk menjadi moda transportasi baru di Indonesia yang memang di awal sudah dipaparkan. Karena begitu macet dan sebagainya diharapkan ini akan menjadi suatu moda transportasi baru," ujar Rudy dikutip dari YouTube BPTJ 151.
EHang adalah perusahaan berbasis teknologi yang memproduksi kendaraan udara otonom atau autonomous aerial vehicle.
EHang AAV merupakan produk yang diakui secara global. EHang dapat digunakan dalam pariwisata, penyelamatan medis, logistik, dan transportasi udara. EHang bekerja sama dengan mitra global di Cina, Amerika Serikat, Belanda, Qatar, dan Austria terhubung ke jaringan 5G dan menjelajahi langit digital dunia masa depan.
"EHang itu berasal dari Cina dan pada saat ini kita sudah menguji lebih dari 2.000 uji penerbangan penumpangan maupun non-penumpang dengan kecepatan tinggi dengan kondisi kabut, situasi jarak pandang rendah dan sebagainya," kata Rudy.
Rudi juga mengatakan, kendaraan ini akan diterapkan di Indonesia jika memang memungkinkan regulasinya dan segala persyaratannya. EHang sendiri memang berencana untuk bisa menjadi suatu ekosistem yang baik mulai dari angkutan penumpang, logistik, smart city management, sampai aerial media solution.