Jakarta, FORTUNE - Sejak diluncurkan seperempat abad berlalu, Puma Speedcat, salah satu model legendaris dari brand PUMA masih diminati khalayak lintas generasi. Popularitasnya telah melegenda jauh sebelum menjadi tren di dunia sneakers, ketika sepatu-sepatu PUMA dikenal secara eksklusif di kalangan para pembalap Formula 1 (F1) di era 80-an.
Sepatu PUMA Speedcat yang kini menjadi trendsetter, mulanya dirancang khusus untuk menemani para pembalap legendaris, seperti Stefan Bellof, Christian Danner, Manfred Winkelhock, Gerhard Berger, dan Hans-Joachim Stuck, berlaga di racetrack. Setiap pasang sepatu PUMA di era ini merupakan karya seni yang lahir dari semangat balap dan dieksekusi oleh tangan-tangan terampil.
Di tahun 1998, PUMA Speedcat, akhirnya resmi diluncurkan secara komersil setelah menemani para tim juara dunia seperti Alfa Romeo, Scuderia Ferrari, dan Mercedes-AMG Petronas mengukir sejarah di lintasan balap F1. Mengunggulkan desain ramping dan aerodinamis, sepatu ini tak hanya memberikan performa maksimal, tetapi juga menjadi simbol kecepatan dan prestise. Kombinasi warna yang berani, siluet klasik yang ikonik, sulaman berbentuk seekor puma melompat yang khas, menjadikan sepatu ini sebagai primadona sneakers dari generasi ke generasi.
PUMA Speedcat dianggap sebagai fashion statement yang cocok untuk berbagai style dan suasana, mulai dari gaya sporty di trek balap, gaya streetwear yang edgy, hingga gemerlap karpet merah di dunia fashion dan hiburan. Sneakers legendaris PUMA ini tidak hanya berhasil memenuhi kebutuhan para atlet, tetapi juga turut membentuk sejarah dunia otomotif dan fashion.
Satu dekade sejak rilis perdananya, popularitas PUMA Speedcat terus bertumbuh sebagai simbol fashion yang melambangkan gaya hidup taktis dan penuh percaya diri bagi pemakainya. Masih terinspirasi dari adrenalin di lintasan balap, sepatu ini memadukan estetika sporty dan sentuhan mewah dengan menggunakan sejumlah material unik dan berkualitas premium, seperti leather dan genuine leather, suede, hingga sematan aksen ponytail dan linen yang berkarakter.
Menyesuaikan dengan zaman
Desain PUMA Speedcat pun terus berevolusi ke berbagai model yang dinamis, mulai dari keragaman skema warna, logo yang senantiasa relevan, hingga kolaborasi dan elemen desain yang penuh detail. Adapun salah satu yang paling ikonik adalah kehadiran PUMA Speedcat warna gold di tahun 2010, yang sukses terjual hingga 28 juta pasang dan menjadikannya sebagai salah satu sepatu PUMA terlaris sepanjang masa
Setelah rehat panjang, tahun 2020 menandai era baru kembalinya PUMA Speedcat yang selaras dengan kecintaan Gen Z pada tren vintage. Era ini ditandai dengan kemunculan PUMA Speedcat low-top dengan dua pilihan warna, yakni hitam dan merah dalam balutan material suede mewah, memperkuat statusnya di barisan teratas sneakers klasik yang wajib dimiliki oleh setiap generasi.
Kini, sejumlah nama besar yang berpengaruh di dunia mode dan hiburan turut bergabung menunjukkan kecintaannya pada PUMA Speedcat. Sneakers ini bahkan menjadi salah satu item fashion kesayangan Rosé BLACKPINK, penyanyi asal Korea Selatan yang didapuk sebagai Global Brand Ambassador PUMA.
Rosé pernah memamerkan gaya trendinya dengan pilihan Speedcat OG berwarna nude yang akan segera hadir di Indonesia, yang dipadukan dengan jaket PUMA berwarna merah marun dan celana pendek hitam berpotongan high waist. Sementara di tahun 2024 ini, PUMA Speedcat menjelma sebagai “it” sneakers terbaru yang menjadi incaran para sneakerhead di Indonesia. Dalam waktu dekat, PUMA Speedcat juga akan hadir dalam varian warna nude dan biru muda.
PUMA optimistis terus bertumbuh di 2024
Perusahaan pakaian olahraga asal Jerman yang didirikan pada 1948 ini menghadapi tantangan dari lemahnya sentimen konsumen, permintaan yang berfluktuasi, dan perubahan nilai mata uang. Laporan keuangan 2023 mengungkapkan bahwa penjualannya melonjak 6,6 persen, mencapai €8,6 miliar selama 12 bulan. Namun, meskipun mencatatkan pendapatan positif selama periode tersebut, merek ini memproyeksikan tahun "sulit" ke depan.
"Tahun 2023 adalah tahun yang sukses meskipun ada berbagai tantangan makroekonomi, lingkungan, dan volatilitas geopolitik yang kami hadapi," kata Arne Freundt, CEO PUMA dalam keterangan pers.
"Ini adalah tahun lain di mana kami menunjukkan kepada pasar bahwa PUMA adalah pesaing kuat, baik dalam olahraga maupun budaya olahraga," ujarnya.
Sejumlah inovasi di lini sepatu olahraga diluncurkan, seperti sepatu sepak bola tercepat Ultra dan sepatu lari tercepat Fast-R2 dan Deviate NITRO Elite 3. Dalam kategori sportstyle, PUMA menghadirkan Palermo dan Suede XL.
Secara keseluruhan, laporan keuangan PUMA untuk tahun lalu menunjukkan hasil yang menjanjikan. Namun, perusahaan mengalami penurunan penjualan sebesar 4 persen pada kuartal keempat, dengan penurunan hampir di semua kategori produk. Di pasar Eropa, Timur Tengah, dan Afrika, penjualan turun 5,2 persen selama periode tersebut, meskipun wilayah ini masih mencatatkan pertumbuhan 13,4 persen untuk sepanjang tahun.
Di Amerika, pendapatan kuartal keempat turun 6,4 persen, sementara untuk full year penjualan turun sebesar 2,4 persen. PUMA menyatakan bahwa devaluasi peso Argentina berperan dalam penurunan ini, yang mengakibatkan selisih sekitar €400 juta. Di Amerika Utara, penjualan PUMA turun sebesar 10,9 persen, yang menurut Freundt disebabkan oleh "bisnis harga diskon" perusahaan di wilayah tersebut. "AS tetap menjadi pasar yang sulit bagi kami dan akan tetap sulit hingga tahun 2024," tambahnya.
Seiring dengan tantangan berupa "lemahnya sentimen konsumen dan permintaan yang berfluktuasi" akibat perubahan nilai mata uang dan pertumbuhan ekonomi yang lambat, PUMA memprediksi EBIT (pendapatan sebelum pajak dan keuntungan) untuk 2024 akan berada di kisaran €620 juta hingga €700 juta, dengan pertumbuhan "digit tunggal menengah".
Perusahaan juga memperkirakan permintaan untuk sepatu olahraga dan pakaian olahraga akan meningkat pada paruh kedua tahun ini, seiring dengan rencana PUMA untuk meluncurkan kampanye merek global pertamanya dalam 10 tahun terakhir guna mendorong pertumbuhan.