Jakarta, FORTUNE - Pasar Cina menjadi tantangan berat bagi produsen mobil mewah Eropa yang sebelumnya mendominasi pasar. Persaingan ketat dengan merek-merek lokal membuat posisi produsen seperti BMW, Mercedes-Benz, dan Porsche di pasar otomotif terbesar dunia semakin terancam. Merek-merek ini kini harus bersaing dengan mobil-mobil buatan Cina yang menawarkan kendaraan premium berteknologi tinggi dengan harga lebih murah.
BMW melaporkan penurunan penjualan sebesar sepertiga pada kuartal terakhir, sementara pengiriman Mercedes menurun 10 persen dalam sembilan bulan pertama tahun ini. Aston Martin, merek asal Inggris yang terkenal karena asosiasinya dengan karakter James Bond, juga melaporkan penurunan penjualan di Cina lebih dari separuh pada laporan kuartal ketiga.
Porsche, yang dimiliki Volkswagen, akan mengurangi jaringan dealernya di Cina setelah mengalami penurunan laba dan penurunan penjualan sebesar 29 persen selama sembilan bulan hingga 30 September.
“Cina adalah tantangan luar biasa, tidak hanya untuk Porsche,” kata Lutz Meschke, kepala keuangan Porsche, melansir Business Insider, Senin (4/11).
“Ke depannya, kita tidak bisa lagi menganggap bahwa Cina akan kembali seperti dulu bagi pemain Eropa," katanya, menambahkan.
Persaingan teknologi dan harga
Perkembangan teknologi menjadi kunci bagi produsen Cina untuk mendominasi pasar. BYD, salah satu pesaing Tesla, meluncurkan SUV Yangwang U8 yang dilengkapi dengan drone dan bahkan dapat mengapung di atas air hingga 30 menit.
Selain itu, Xiaomi juga mulai merambah pasar mobil listrik dengan sedan SU7 yang dilengkapi dengan teknologi canggih seperti layar infotainment 16,1 inci dan kontrol suara jarak jauh. Teknologi ini belum banyak disematkan pada kendaraan lainnya dan menjadi magnet tersendiri bagi pasar.
Steve Dyer, direktur AlixPartners, menjelaskan bahwa strategi produsen Cina mirip dengan strategi produsen mobil Korea dalam mengambil pangsa pasar global. “Perusahaan Cina melakukan apa yang dilakukan perusahaan Korea untuk mendapatkan pangsa pasar di luar Korea, yaitu menawarkan banyak fitur dengan harga yang bagus,” ujarnya.
AlixPartners menemukan bahwa produsen mobil Cina merilis 40 pembaruan perangkat lunak over-the-air antara Maret 2023 hingga Februari tahun ini, jauh lebih tinggi dibandingkan produsen mobil tradisional.
Meski menghadapi tantangan besar, produsen mobil premium Eropa sulit meninggalkan Cina karena pasar ini adalah yang terbesar kedua bagi Volkswagen secara global, setelah Eropa Barat, dan menyumbang sepertiga penjualan Mercedes tahun lalu.
Namun, Tim Urquhart, analis di S&P Global Mobility, menambahkan bahwa ancaman tarif dari Uni Eropa terhadap mobil Cina dapat berpotensi memicu pembalasan dari Beijing. “Mereka mungkin menghadapi badai sempurna jika tarif tersebut diterapkan,” ujarnya.
Meskipun demikian, Urquhart menyatakan bahwa ukuran pasar Cina membuatnya terlalu penting untuk ditinggalkan. “Mereka tidak bisa mengambil langkah mundur penuh dari posisi mereka saat ini, terutama karena mereka telah menginvestasikan begitu banyak di sana.”