Jakarta, FORTUNE - Ekosistem Kepulauan Galápagos yang kaya dan unik adalah rumah bagi spesies tumbuhan dan hewan yang tidak dapat ditemukan di belahan bumi yang lain.
Melalui Perpetual Planet Initiative yang didirikan sejak 2019, Rolex mendukung Mission Blue untuk menciptakan jaringan global untuk Hope Spots, yaitu area yang ekosistemnya krusial bagi keberlangsungan hidup dan masa depan lautan di Kepulauan Galápagos.
Ketika oceanographer legendaris yang juga pendiri Mission Blue, Sylvia Earle, pertama kali mengunjungi kepulauan itu pada tahun 1966, ia mengatakan bahwa kepulauan itu adalah “bagian laut yang paling banyak dihuni oleh ikan hiu, dan juga ikan-ikan lainnya” yang pernah ia kunjungi.
Namun di balik keistimewaan Kepulauan Galápagos, ternyata juga membuatnya rentan. Semakin banyak orang menemukan dan mengunjungi pulau-pulau tersebut, spesies invasif datang dan ancaman akan sumber daya lokal turut meningkat.
Earle kemudian menjalankan Mission Blue Hope Spots pertamanya pada tahun 2010; tempat dengan aneka ragam hayati yang melimpah yang menunjukkan bagaimana kerusakan yang disebabkan oleh manusia terhadap lautan dapat diperbaiki. Kini, ekspedisi terobosan yang dipimpin oleh Earle turut menambah pembuktian tentang perlunya peningkatan akan perlindungan laut.
Upaya Earle hadir di waktu yang sangat kritis. Ekuador mendirikan Cagar Laut Galápagos pada tahun 1998 dengan area yang meliputi 133.000 km2 perairan di kepulauan tersebut.
Namun, masih banyak hal yang perlu diperhatikan untuk memastikan Galápagos dapat digunakan secara berkelanjutan selama bertahun-tahun yang akan datang oleh penduduk, wisatawan, dan nelayan.
Ekspedisi Perpetual Initiative Rolex
Pada tahun 2022, hampir 25 tahun sejak berdirinya Cagar Laut Galápagos, tiba saatnya menilai dampak dari upaya perlindungan ini.
Earle yang juga seorang Rolex Testimonee sejak tahun 1982, bergabung dengan tim ilmuwan multi institutional dalam ekspedisi selama dua minggu melintasi Hope Spot. Penelitian mereka yang luas menghasilkan penilaian komprehensif terhadap ekosistem laut di wilayah tersebut, mengidentifikasi tantangan dan peluang untuk upaya konservasi di masa depan.
Sebagian besar dari ekspedisi ini ditujukan untuk mengungkapkan keragaman yang tersembunyi dan terlupakan di bawah laut untuk menyediakan nilai dasar kesehatan ekosistem yang dapat dilacak melalui survei mendatang.
Menggunakan teknologi mutakhir seperti environmental DNA (eDNA) dan sistem video bawah air, tim menemukan data populasi penting untuk hewan yang belum terlalu banyak dipelajari seperti kuda laut dan endemic slipper lobster. Analisis eDNA mengisolasi jejak DNA hewan yang tertinggal di kolom air, yang mungkin tidak diketahui.
Ini bukan penemuan pertama bagi tim. Pada tahun sebelumnya, Sylvia Earle dan Salome Buglass dari Charles Darwin Foundation menemukan spesies Kelp baru yang tumbuh jauh di bawah permukaan.
Saat ekspedisi 2022, keduanya menaiki kapal selam "DeepSee", untuk memperluas eksplorasi mereka di kedalaman, dan dengan penuh semangat mereka kembali dengan video rekaman penemuan hutan rimbun. Ada teori tentatif bahwa hutan rumput laut yang kaya ini lah yang memainkan peran penting dalam mendukung aneka ragam hayati wilayah tersebut.
Berpikir seperti lautan
Tim ekspedisi melanjutkan penelitian lanjutan tentang pergerakan lintas samudera hewan laut, menangkap lokasi yang merekam migrasi hiu dari Teluk Meksiko dan pesisir Kosta Rika. Temuan ini merupakan argumen kuat untuk kerja sama internasional dalam memperluas perlindungan laut.
Tim ekspedisi juga mensurvei habitat penyu, memetakan tempat koloni penguin mencari makan dan mengukur kadar mikroplastik. Berbagai macam pekerjaan lapangan akan membantu para konservasionis untuk "berpikir seperti lautan," seperti yang dikatakan Earle, melihat konektivitas ekosistem dan untuk kehidupan laut, yang tidak memiliki batasan.
Untuk mencapai tujuan ini, pada tahun 2021, Ekuador, Panama, Kolombia, dan Kosta Rika mengumumkan pembentukan Eastern Tropical Pacific Marine Corridor. Negara-negara ini bersatu untuk meningkatkan perairan yang dilindungi demi menciptakan "swimway" di rute migrasi utama bagi ikan hiu, kura-kura, ikan pari, dan ikan paus yang bebas dari penangkapan ikan.
Meskipun ini adalah langkah yang penting, pekerjaan Earle dan tim ekspedisinya menunjukkan adanya kebutuhan untuk memperluas dan meningkatkan jumlah swimway.
Sejumlah aktivis berperan dalam ekspedisi ini. Ada Manuel Yepez dan Alex Hearn, co-Champions untuk Mission Blue's Galápagos Islands Hope Spot, tokoh inspirasional dalam perlindungan bagian krusial lautan.
Selain itu, Hearn dari Galápagos Science Center adalah peneliti utama dalam ekspedisi di bawah kepemimpinan Earle, sekaligus membentuk tim ilmuwan internasional yang akan turut serta dalam misi ini. Ia percaya bahwa, "Jika kita bisa melakukannya dengan benar di sini [di Galápagos], ini akan menjadi landasan bagi usaha kita dalam menjaga dan melestarikan planet."