Memiliki barang atau mengenakan pakaian luxury Brand menjadi prestise bagi sebagian orang.
Pasalnya, luxury brand memiliki takhta yang tinggi dan kepemilikannya bisa dibilang lebih eksklusif.
Seiring berjalannya waktu, luxury brand terus berkembang dan mulai memiliki tingkatan-tingkatan di dalamnya.
Menyandang sebagai pemegang tingkatan paling tinggi, ternyata luxury juga masih memiliki tingkatan lagi di dalamnya.
Karena itu, hierarki luxury brand ini menjadi salah satu hal yang menarik untuk dibahas.
Lantas, apa saja tingkatan yang ada pada luxury brand, dan faktor apa saja yang memengaruhinya? Simak pembahasannya berikut ini!
Hierarki luxury brand yang perlu Anda ketahui
Ketika mendengar istilah luxury brand, tentu Anda berpikir bahwa semua barang memiliki harga yang fantastis dan hanya segelintir orang yang dapat memilikinya.
Maka tidak heran apabila seseorang yang memiliki koleksi barang mewah tersebut dianggap memiliki sebuah ‘pencapaian’.
Selain itu, ada pula tipikal orang yang ingin dipandang memiliki status atau kekayaan dengan sengaja memiliki barang-barang bertajuk luxury brand.
Erwan Rambourg, direktur pelaksana HSBC dalam bukunya The Bling Dynasty: Why the Reign of Chinese Luxury Shoppers Has Only Just Begun, seperti yang dilansir dari Independent, mencetuskan piramida yang mengklasifikasikan kasta luxury brand berdasarkan faktor aksesibilitas dan harganya.
Dengan adanya hierarki dalam luxury brand, hal ini menjadikan istilah ‘mewah’ semakin luas karena memiliki tingkatannya masing-masing.
Berdasarkan hierarki yang dicetuskan Erwan Rambourg, terdapat tujuh tingkatan dalam luxury brand, berikut dengan brand-brand yang termasuk di dalamnya.
1. Everyday luxury
Kategori barang mewah yang paling terjangkau dalam tingkatan ini adalah bagi barang-barang yang relatif sangat mudah didapatkan.
Dengan rentang harga maksimal Rp1,5 juta, Anda bisa membeli produk-produk seperti sampanye, bir/anggur impor, jam tangan, pakaian, hingga parfum.
Sedangkan, brand yang tergolong dalam tingkatan ini antara lain: Starbucks, Swatch, dan lainnya.
Bila Anda sesekali pernah membeli kopi di Starbucks, artinya Anda sudah tergolong konsumen Everyday Luxury, mengacu pada hierarki ini.
2. Affordable luxury
Sementara itu, Erwan Rambourg menempatkan Affordable Luxury berada pada urutan kedua dari bawah, dengan harga barangnya maksimal 4,6 juta.
Pada hierarki ini, terdapat sejumlah brand yang menempatinya, seperti Coach, Geox, Tiffany & Co. (untuk beberapa produk perhiasan perak), serta brand yang berada di tengah-tengah antara Affordable Luxury dan Accessible Core, salah satunya Montblanc.
3. Accessible core
Barang-barang mewah yang termasuk dalam hierarki ini memiliki harga maksimal Rp23 juta.
Tergolong mahal untuk banyak orang, tetapi masih bisa diakses karena dirilis dalam jumlah yang banyak, sehingga cukup mudah untuk didapatkan.
Sejumlah jenama yang menempati tingkatan ketiga dari yang 'termurah' ini adalah Gucci, Prada, Tissot, Tod's, David Yurman, dan Louis Vuitton.
4. Premium core
Hierarki luxury brand yang lebih tinggi lagi ada Premium Core, yang memasukkan brand-brand seperti Bulgari, Tag Heuer, Rolex, Chopard, Hermes, Omega, Berluti, dan Tiffany & Co. (kecuali perhiasan perak).
Karena lebih tinggi dari Accessible Core, tak ayal harga barang-barang mewah dari sejumlah brand tersebut mencapai Rp77,6 juta.
Di antara brand yang terdapat dalam kasta ini, pasti Anda juga tidak asing mendengarnya.
5. Superpremium
Superpremium menempati posisi tiga teratas dalam hierarki luxury brand, dengan rentang harga Rp776,8 juta.
Dengan harga tersebut, hanya orang-orang tertentu yang mampu dan mau membeli barang-barang dari brand seperti Harry Winston, Patek Philippe, Van Cleef & Arpels, Bottega Veneta, Panerai, IWC, dan sebagainya.
6. Ultra high-end
Posisi ke-6 pada artikel ini, atau runner up dalam hierarki teratas luxury brand adalah barang-barang yang harganya di atas Rp766,8 juta.
Brand-brand dalam tingkatan ini lebih jarang dikenal oleh masyarakat luas, karena memang eksklusivitasnya sangat tinggi.
Jadi, bukan karena tidak terkenal lantas masyarakat luas tidak mengenalnya, tetapi karena memang barang-barang tidak dijual secara luas layaknya beberapa hierarki sebelumnya.
Adapun beberapa merek mewah yang masuk dalam tingkatan ini, seperti Leview, dan perhiasan dari Graff.
7. Bespoke
Hierarki teratas luxury brand yang teratas ada Bespoke, yang hanya mampu disandang orang-orang tajir melintir.
Biasanya, barang-barang pada kategori ini dibuat berdasarkan pesanan pembeli, yang tentunya berani membayar harga tertinggi untuk memiliki 'satu-satunya' barang tersebut di dunia.
Jadi, bila Anda pernah mendengar ada orang yang menasbihkan dirinya sebagai pemilik satu-satunya barang di dunia dengan harga yang fantastis, artinya orang tersebut telah menempati posisi teratas dalam hierarki luxury brand.
Erwan Rambourg menambahkan, brand-brand seperti Leview dan Graff menempati posisi teratas dalam tingkatan yang dicetuskannya.
Itulah ketujuh kasta dalam hierarki merek-merek barang mewah yang ada di dunia. Dari semua tingkatan di atas, apakah Anda pernah membeli barang-barang dari brand yang termasuk di dalamnya?
Untuk diingat, meski telah ada brand tercantum pada hierarki di atas, beberapa di antaranya bisa memiliki sejumlah tingkatan tergantung pada jangkauan produk dan harganya.
Selain itu, definisi kemewahan itu sendiri bisa subyektif dan berbeda-beda menurut perspektif setiap orang.